1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina Lakukan 'Pembersihan' Menjelang Olimpiade

23 Juli 2008

Ketika tahun 2001 Cina terpilih untuk menyelenggarakan Olimpiade, Beijing menjanjikan kebebasan pers dan HAM. Tetapi janji itu belum lagi dipenuhi.

https://p.dw.com/p/EiHZ
Pejuang HAM Cina, Hu Jia, salah seorang yang diciduk dari tempat tinggalnya dengan alasan 'menggerogoti wewenang negara'.Foto: picture-alliance/ dpa

Tahun penyelenggaraan Olimpiade 2008 hendak dijadikan sebagai 'tahun Cina'. Hendak dibuktikan, bahwa Komite Olimpiade Internasional IOC telah mengambil keputusan yang tepat ketika tahun 2001 memilih Cina sebagai penyelenggara. 31 stadion sudah dibangun di Beijing, belum lagi jaringan kereta bawah tanah, terminal baru bandar udara, sejumlah jalan dan gedung bertingkat yang baru. Ibukota Beijing hendak dipoles mengkilat.

Tetapi tahun lalu apa yang disebut sebagai 'desa petisi' sudah digusur. Desa dengan rumah-rumah kecil terbuat dari batubata sederhana itu, dihuni oleh orang-orang yang tidak puas. Mereka datang dari berbagai wilayah Cina ke Beijing, untuk menggugat pada pengadilan, ganti rugi yang tidak dibayarkan, pengusiran paksa atau korupsi.

"Selama Olimpiade orang-orang dari seluruh dunia berdatangan. Di Cina sangat banyak orang yang tidak puas. Para turis diharapkan tidak melihat, kalau kami ditangkap oleh polisi, dijebloskan ke penjara atau ke kamp kerja paksa."

Itu dulu dituturkan oleh seorang perempuan. Sekarang dia dan semua penggugat lainnya sudah diusir dari Beijing. Menjelang Olimpiade, Beijing dibersihkan, bukan hanya jalanannya, melainkan juga semua yang diperkirakan dapat menimbulkan kerusuhan selama berlangsungnya pesta olahraga itu. Termasuk di antaranya para petani yang tidak puas, orang-orang yang punya pandangan lain dari yang diinginkan pemerintah dan berusaha mempublikasikan buah pikiran mereka. Itu dialami oleh Mo Shaoping, seorang pengacara, yang membela kasus-kasus pelanggaran HAM. Kata Mo Shaoping:

"Belakangan ini kasus-kasus yang sensitif semakin banyak. Sejumlah orang yang berusaha mempublikasikan tulisan di internet dan para pembangkang ditahan. Alasannya, mereka berusaha menggerogoti wewenang negara. Dalam hal ini saya rasa penanganan menjadi semakin ketat dan tidak ada perubahan."

Contohnya adalah Hu Jia dan Yang Chunlin, aktifis HAM, yang mencela bahwa Cina tidak mempedulikan HAM , sehingga penyelenggaraan Olimpiade di Cina merupakan suatu bencana. Nama-nama lainnya, Lue Gensong -pengarang, Gao Zhicheng - pengacara tunanetra, Huang Qi - aktifis HAM asal Sichuan, Zheng Hongling - aktifis yang mengritik lembaga urusan bangunan Cina setelah terjadinya gempa bumi.

Daftar nama itu masih panjang. Tetapi mereka yang tidak ditahan pun sekarang tidak bisa bergerak sebebas yang mereka inginkan. Pengacara yang kritis sering dirintangi untuk bertemu dengan para klien mereka. Seorang pengarang yang dikenal sebagai tokoh oposisi dipukuli di jalanan oleh petugas keamanan saat hendak menghadiri undangan makan malam. Banyak pengritik pemerintah dikenakan tahanan rumah atau diawasi terus menerus. Ketika Beijing terpilih sebagai penyelenggara Olimpiade, negara itu berjanji akan meningkatkan kondisi HAM, demikian kata Mark Allison dari Amnesty International di Hongkong.

"Kami amati, hanya sedikit pertanda adanya perbaikan dalam soal HAM menjelang Olimpiade. Dunia internasional harus lebih memperhatikan kondisi di Cina. Cina memenjarakan aktifis. Sekarang diperlukan politisi dunia yang membela tahanan seperti Hu Jia atau Yang Chunlin. Bagi para aktifis HAM situasinya sangat menakutkan. Mereka perlu dilindungi. Mereka ditahan, padahal Cina tahu, bahwa terkait Olimpade negeri itu jadi sorotan dunia. Ini sangat meresahkan." (dgl)