1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bush Giring NATO Terlibat Konflik dengan Rusia

2 April 2008

Presiden Amerika Serikat George W. Bush terapkan haluan konflik terhadap Rusia dengan memaksa agar Ukraina dan Georgia secepatnya diterima menjadi anggota baru Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO.

https://p.dw.com/p/DZIf
Presiden AS George W. Bush berpidato di ibukota Rumania, Bukarest, dan menegaskan kembali tuntutannya agar Ukraina dan Georgia secepatnya diterima menjadi anggota NATOFoto: AP

Konferensi Tingkat Tinggi NATO yang digelar di ibukota Rumania, Bukaerst menjadi tema utama dalam tajuk harian-harian internasional. Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma berkomentar:

Jika situasi di Ukraina dan Georgia tidak memungkinkan untuk diterima menjadi anggota baru NATO, muncul kemungkinan dalam KTT ini, George W. Bush menjadi presiden pertama AS yang meninggalkan konferensi dengan diwarnai penolakan tegas usulannya oleh mitranya di Eropa. Tapi apabila Eropa menolak perluasan NATO ke Kaukasus, terdapat paradox bahwa NATO harus menetapkan batasan ruang geo-politiknya, sementara Uni Eropa sulit menghentikan perluasan keanggotaannya ke timur. Yang jelas, situasi seperti dahulu dalam penolakan perang Irak yang diprakarsai Jerman dan Prancis, kini juga Angela Merkel dan Nicolas Sarkozy yang lebih dekat dengan Washington, akan kembali menjadi poros penentang usulan Bush mengenai keanggotaan Ukraina dan Georgia.

Harian liberal Austria Der Standard yang terbit di Wina juga mengomentari tekanan AS untuk penerimaan Ukraina dan Georgia dalam NATO.

Silang sengketa dalam NATO menanggapi tekanan untuk menerima Ukraina dan Georgia sebagai anggota baru, kembali menunjukan fakta betapa pentingnya sebuah politik keamanan bersama dalam Uni Eropa. Karena Uni Eropa harus memiliki kepercayaan substansialnya sendiri, juga di bidang militer. Barang siapa berlayar di perairan kepentingan AS dan mengembangkan layar kepentingannya sendiri, jangan heran jika suatu waktu terjebak pada haluan tabrakan, yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan kepentingan sendiri. Jika Uni Eropa lebih serius mengurusi politik keamanan bersama, maka tidak perlu lagi mereka hanya menjadi figuran yang gemetar ketakutan, dalam adegan saling ancam antara Rusia dan AS.

Sementara harian liberal kiri Hungaria Nepszabadsag yang terbit di Budapest berkomentar:

KTT NATO kelihatannya harus tetap mengangkat tema perluasan keanggotaan, yang membuat Rusia semakin merasa terkepung. Dengan itu, Moskow terpaksa menawarkan kompromi, agar Ukraina dan Georgia untuk sementara tidak diterima sebagai anggota NATO, dan membuka kawasan udaranya bagi pemasokan logistik ke Afghanistan. Sebab, bagi AS dukungan bagi misi NATO di Afghanistan jauh lebih penting dibanding keanggotaan Ukraina dan Georgia. Di sini terbuka ruang bagi tawar menawar. Sebab Jerman dan Prancis yang menolak usulan AS, juga tidak akan bertindak oportunistik, dengan membahayakan perimbangan kekuatan antara AS dan Rusia.

Dan harian Polandia Gazeta Wyborcza yang terbit di Warsawa berkomentar:

Untuk memaksakan tempat bagi Ukraina dan Georgia dalam NATO, kini terjadi pertempuran diplomatis. Bagi Jerman dan Prancis, hubungan dengan Rusia jauh lebih penting. Walaupun NATO mengatakan, Rusia tidak punya hak apapun untuk menentukan keanggotaan dalam NATO, hal itu sebetulnya hanya basa-basi. Sebab Moskow kini tidak lagi menganggap NATO sebagai aliansi yang sama seperti di zaman perang dingin. NATO kini bukan instrumen untuk memerangi komunisme. Melainkan aliansi politik, di mana negara-negara demokratis dan berhaluan ekonomi pasar tergabung di dalamnya. Situasinya akan berubah, jika KTT di Bukarest memberikan sinyal tegas kepada Ukraina dan Georgia, bahwa pintu keanggotaan terbuka bagi kedua negara ini. (as)