1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Burung Raksasa Mengacaukan Lahan Pertanian Jerman

22 Desember 2018

Ratusan burung pengembara yang tak bisa terbang ini kewalahan mengontrol populasinya, alhasil hasil pertanian pun habis dilahap. Para petani di Jerman utara ingin memburu kawanan burung ini, tapi masih terganjal aturan.

https://p.dw.com/p/3AO5S
Nandu
Foto: imago/blickwinkel

Asosiasi pertanian mengumumkan bahwa burung raksasa asal amerika selatan, Rhea, menyebabkan kekacauan di lahan pertanian Jerman Utara setelah populasinya meningkat hingga dua kali lipat.

Sensus di musim gugur lalu menunjukkan populasi Rhea Amerikana ditemukan di wilayah perbatasan Mecklenburg-Western Pomerania dan Schleswig-Holstein. Berdasarkan data kementrian Pertanian, jumlah yang tadinya 205 kini mencapai 566 di musim semi.

Ledakan jumlah Rhea disebabkan oleh rendahnya kontrol populasi di Lahan Konservasi Schaalsee. Hampir 300 burung lahir tahun ini, diperkirakan karena musim panas yang hangat dan kering.

Raksasa berkuku tiga yang kelaparan

Burung yang masih satu keluarga dengan burung Unta dan Emu ini, bisa tumbuh setinggi 170 cm dan memiliki berat hingga 40 kg. Para petani tidak menyukai raksasa kuku tiga ini karena mereka melahap biji-bijian dan bunga-bunga Rapa.

Perkumpulan petani lokal mengklaim bahwa burung-burung Rhea ini menyebabkan kerugian lahan sekitar 160 juta per tahunnya. Mereka juga kadang jalan-jalan di lintasan tol, membuat pengendara 'sakit kepala'.

Populasi Rhea ini berasal dari pasangan Rhea yang berhasil 'melarikan diri' dari rumah jagal dekat Lübeck di akhir 1990 dan awal 2000an. Mereka bermigrasi ke Mecklenburg-Western Pomerania dan menetap disana. Di padang rumput luas area konservasi UNESCO inilah, mereka berkembang biak.

Petugas hewan liar telah mengontrol populasi dengan mengebor telur-telur Rhea dan menutupnya dengan lapisan lilin, namun nampaknya cara ini kurang efektif.

Petani pun melobi pemerintah untuk memberi dukungan serta memperbolehkan penembakan Rhea jantan, namun otoritas pemerintah masih mencari alternatif lainnya untuk mengontrol populasi. Meskipun begitu, Rhea atau yan disebut juga Neozoas tidaklah masuk dalam spesies binatang agresif. Mereka tidak menyebabkan kerusakan terhadap tumbuhan dan menyerang hewan setempat, sehingga jalan keluarnya pun sangat membingungkan. (Alistair Walsh/sc)