1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Buku Putih Militer Sarkozy

17 Juni 2008

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy hari Selasa menyampaikan strategi militer Perancis, yang tercantum dalam buku putih setebal 350 halaman. Anggaran akan dialihkan untuk peningkatan senjata dan perangkat intelijen.

https://p.dw.com/p/ELuQ
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy menyampaikan visi pertahanan baru PerancisFoto: AP

Acara itu berlangsung bagaikan pagelaran teater. Dalam sebuah ruang pameran di Paris, 3000 petinggi militer Perancis berkumpul. Musik mars militer mengiringi tayangan film dokumenter di layar lebar. Di situ terlihat pesawat tempur yang lepas landas, kapal selam yang muncul ke permukaan laut dan pasukan elit bertopeng yang beraksi. Di tengah keramaian itulah Presiden Perancis Nikolas Sarkozy masuk ruangan dan semua berdiri.

Di depan bendera Eropa dan bendera Perancis, Sarkozy menyampaikan pidatonya mengenai strategi pertahanan Perancis ke depan. „Ancaman yang paling berbahaya saat ini adalah aksi teror. Ancaman terorisme ini nyata dan bisa terjadi kapan saja. Mungkin besok sudah ada senjata nuklir, kimiawi atau biologis yang digunakan untuk menyerang", demikian ungkapnya.

Meski begitu, bukan hanya perubahan bentuk ancaman yang mendesak penyusunan buku putih yang baru ini. Juga situasi finansial Perancis menjadi pertimbangan. Bunga tahunan dari utang Perancis jauh lebih tinggi ketimbang anggaran militer Perancis, karenanya 54 ribu pekerjaan pada militer Perancis akan dihapus tahun depan. tegas Sarkozy. Meski begitu anggaran militer akan tetap stabil.

Dana yang tersisa dari pengurangan ini, akan dialihkan untuk membeli perangkat militer baru, seperti satelit khusus untuk kerja intelijen dan sistem peringatan dini serangan roket. Selain itu tugas dan fungsi Dinas rahasia Perancis akan ditingkatkan. Sebuah Dewan Koordinasi baru akan dibentuk dan ditempatkan langsung dibawah kepemimpinan Presiden.

Sarkozy juga memiliki rencana untuk pertahanan Perancis di tingkat internasional. Ia mendukung pembentukan pasukan tempur Uni Eropa yang berkekuatan 60 ribu tentara dan merencanakan masuk kembali kedalam Aliansi militer negara-negara Eropa dan Amerika Utara, NATO. Meski begitu Sarkozy menegaskan, „Perancis adalah mitra yang independen dan bebas dalam NATO. Prinsip saya sama dengan almarhum de Gaulles : Perancis akan sepenuhnya mandiri dalam keputusan yang berkaitan dengan pengiriman pasukan. Dalam situasi damai, Perancis tidak akan menempatkan kontingen tetap di bawah NATO. Selain itu penggunaan senjata nuklir akan tetap berada di tangan Perancis, meskipun ini juga berfungsi menjaga keamanan seluruh Eropa."

Di akhir acara dimainkan lagu kebangsaan Perancis, La Marseillaise, sebelum pembicaraan berlanjut mengenai reformasi militer ini. Berbeda dengan jurubicara militer yang menanggapi reformasi militer ini secara positif, Yves Naudin yang mewakili petugas sipil militer menyampaikan keberatannya.

„Kami yang harus menanggung reformasi ini. Situasi sosial yang akan dihadapi oleh petugas-petugas sipil yang dirumahkan itu harus diperhatikan. Mereka harus didampingi, diberikan jalan keluar yang tepat, seperti bentuk pensiundini yang memadai. Kami harus mengupayakan itu dan besok pagi kami akan menggelar demonstrasi besar untuk menyampaikan kekhawatiran kami", begitu Yves Naudin.

Pekan ini, demonstrasi yang memrotes penutupan barak-barak dan pos-pos militer sudah berlangsung di Paris. Di pihak lain, generasi muda militer tampak mendukung penuh rencana ini dan siap untuk menyesuaikan diri. Seperti layaknya militer, generai muda ini akan menuruti keputusan panglima militer, dan Presiden Perancis. (ek)