1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Botoks Juga Ampuh untuk Atasi Migrain

Simone Schaumberger
6 Mei 2023

Migrain belum sepenuhnya diteliti. Saat orang terserang, sebagian dari otak tampak luar biasa aktif. Penanganannya biasanya dengan obat. Tapi suntikan botoks juga bisa menolong. Bagaimana berfungsinya?

https://p.dw.com/p/4Qxb7
Junge frau erhält Schönheit Injektion in augenbereich
Foto: Svetlana Mandrikova/PantherMedia/picture alliance

Sejak lebih dari 10 tahun, Jana Katharina Stötzel sering menderita sakit kepala. Biasaya berawal di malam hari. Jana Katharina Stötzel sering terserang migrain. "Rasanya seperti kepala saya berada di atas batu, dan saya kemudian jadi sensitif terhadap cahaya dan keributan," katanya. Selain itu dia perlu ketenangan, dan kerap terpaksa minta izin sakit selama beberapa hari atau sepekan, karena hidup sehari-hari jadi sangat berat.

Sekarang ia menderita sakit kepala hampir setiap hari. Dokter mendiagnosa, ia menderita migrain. Ahli sakit kepala Prof. Dr. Dagny Holle-Lee mengatakan, migrain ibaratnya gangguan pada piranti lunak, sedangkan piranti kerasnya tidak terganggu. Itu kerap berefek mengecewakan bagi pasien, juga bagi dokter yang melakukan terapi. Karena orang berpikir, harus bisa menemukan penyebab sakit kepala itu. Tapi penyebabnya tidak bisa ditemukan dalam gambar.

Saat diagnosis, catatan harian soal sakit kepala yang dibuat pasien sangat membantu. Migrain adalah penyakit yang menyerang otak. Penyebab sesungguhnya belum diselidiki sepenuhnya oleh ilmuwan.

Prof. Dr. Dagny Holle-Lee mengemukakan, pada dasarnya belum semuanya bisa dimengerti, apa yang terjadi saat orang terserang migrain. "Kami tahu, itu gangguan jaringan, dan melibatkan berbagai area berbeda di otak," katanya. Jadi batang otak, selaput otak, otak besar, dan Thalamus.

Kalau terjadi serangan, terjadi distribusi neurotransmiter tertentu, yaitu semacam kurir, yang kerap kita temui dalam kasus infeksi. Reaksi berlebihan otak inilah yang akhirnya menyulut perasaan sakit. "Tapi kami belum tahu pasti, apa faktor yang menyulut serangan migrain, dan bagaimana seluruh sistem berfungsi," demikian dijelaskan ahli sakit kepala itu.

Botoks untuk tangani migrain

Untuk bisa mengendalikan serangan migrain, Jana Katharina Stötzel pertama-tama mencoba obat anti depresi. Ini adalah terapi khas bagi penderita migrain. Tapi obat itu tidak berefek sama sekali. Sekarang dia ingin mencoba, apakah terapi botoks bisa membantu.

Botoks sebenarnya racun saraf. Jana Katharina Stötzel mendapat suntikan itu sudah untuk kedua kalinya, pada 31 lokasi di kepala dan lehernya. Prof. Dr. Dagny Holle-Lee menjelaskan, botoks disalurkan kembali ke otak lewat ujung-ujung saraf, yaitu ke lokasi yang ikut menyulut migrain. Di situ Botox nenghentikan produksi neurotransmitter yang akhirnya menyebabkan migrain.

Sekali dalam tiga bulan Jana Katharina Stötzel yang berusia 29 tahun datang ke pusat sakit kepala untuk mendapat terapi, dan sekarang sudah menunjukkan hasil.

Jana Katharina Stötzel mengatakan, keluhannya bekurang, sehingga hidup sehari-hari juga lebih enak. Dia hampir tidak perlu obat sakit lagi, kecuali kalau menderita serangan lagi, saat saya menstruasi. "Selain itu, saya tidak perlu obat lagi," katanya.

Botoks hanya berfungsi dalam jangka waktu tertentu, dan hanya digunakan pada saktit migren kronis. Efeknya bisa dirasakan selama sekitar tiga bulan. Tapi terapi ini tidak selalu berhasil ada semua pasien. Tapi bagi Jana Katharina Stötzel terapi itu berfungsi baik. (ml/as)