1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

BJ Habibie: Sang Visioner Romantis

11 September 2019

Jika anak Indonesia tahun 90-an mengenal Habibie sebagai "menteri pesawat terbang”, zaman sekarang ia lebih dikenal sebagai sosok romantis karena film Habibie-Ainun. Berikut opini Sari Safitri Mohan.

https://p.dw.com/p/2ewpb
Indonesien BJ. Habibie Präsident
Foto: DW/A. Purwaningsih

Cara bicara yang meledak-ledak dengan bola mata yang membelalak penuh energi adalah ciri khas sosok BJ Habibie. Setelah 32 tahun dipimpin oleh presiden yang menyiratkan kesan kekuasaan dari kepribadian yang senyap dan penuh unggah-ungguh Jawa, ledakan-ledakan dan belalak mata Habibie membuat banyak orang "terbangun” dan bertanya-tanya: benarkah ia betul-betul akan berbeda dari Suharto?

Apa benar tidak akan ada lagi korupsi, kolusi dan nepotisme atau KKN? Bisakah pemerintahan Indonesia akhirnya bersih dan independen dari segala gurita KKN yang dibangun Keluarga Cendana selama puluhan tahun berkuasa?

Penulis: Safitri Mohan
Penulis: Safitri Mohan Foto: Privat

Dalam pidato kenegaraan pertamanya, Habibie berjanji untuk "membangun pemerintahan yang bersih dan independen, bebas dari inefisiensi juga bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.”

Selama 517 hari memerintah, tembok kediktatoran Orde Baru yang sudah dipecahkan oleh demonstrasi massa di berbagai kota menjadi semakin runtuh dengan kebijakan Presiden Habibie membebaskan para tahanan politik, membuka kembali keran kebebasan pers dan kebebasan berserikat, juga diijinkannya partai-partai politik untuk tumbuh baru dan berkembang selain Golkar, PDI dan PPP.

Semua kebijakan Presiden Habibie ini menunjukkan bahwa ia mendengar apa yang dituntut oleh rakyat Indonesia. Habibie membuat Indonesia yang ada di masa kepemimpinan yang otoriter sebagai masa lalu dan membawanya ke masa depan yang demokratis.

Kemerdekaan Timor leste

Kata "demokratis” ini tidak membuatnya menjadi tokoh yang serta merta populer. Referendum Timor-Timur  adalah contohnya. Tak lama setelah jadi presiden, ia mengumumkan proposal otonomi untuk Timor-Timur dan menyediakan esensi pembahasan dan diskusi Tripartit tentang Tim-Tim antara Indonesia, Portugal, dan PBB. Habibie memutuskan untuk melibatkan PBB dan pasukannya dalam proses referendum demi keamanan dan menghindari huru-hara. Hasil referendum adalah kemerdekaan bagi Timor-Timur atau Timor Leste.

Meski di satu sisi, Habibie berusaha mendengar apa yang menjadi aspirasi rakyat, ada satu hal yang ia tampak enggan lakukan: menyegerakan investigasi terhadap Suharto atas kasus korupsi dan pelanggaran lainnya yang dilakukan selama berkuasa. Sebagai anak buah dan anak emas Suharto, juga orang yang dengan terang-terangan menyebut Suharto sebagai "Bapak saya”, posisinya di masa peralihan yang kacau balau adalah posisi sulit. Ia bukan politisi ulung karena langkah-langkah yang  ia ambil tak banyak mendaratkan keuntungan untuknya.

Kalangan militer, misalnya, tidak bisa memasukkan Habibie ke dalam daftar "politisi favorit” mereka karena sejak masih jadi menteri dalam kabinet Suharto, Habibie sudah membuat mereka sebal akibat ikut campur dalam pembelanjaan untuk militer.

Pragmatis dan praktis

Pragmatis dan praktis adalah cara Habibie berpolitik. Sejauh idealismenya tentang sains dan teknologi berjalan baik, nada-nada sumbang dari manapun, termasuk dari kalangan sangat berpengaruh seperti militer, tak akan membuatnya pusing. Tapi ada faktor penting yang membuatnya tak memusingkan banyak nada sumbang itu: dukungan penuh Suharto akan segala kiprahnya.

Dukungan dan kedekatannya dengan Suharto membuatnya tak luput dari investigasi tentang KKN itu sendiri. George Junus Aditjondro dalam "Corruption Continues” di Multinational Monitor pada September 1998 menulis dan mendata bahwa lebih dari 100 perusahaan keluarga Habibie punya hubungan erat dengan perusahaan milik keluarga Suharto. Ini adalah siraman rejeki yang rata-rata bisa dinikmati bagi mereka yang dekat dengan Cendana.

Gurita KKN

Hingga hari ini, meski tak ada lagi Suharto, gurita KKN yang ditanamkannya masih bisa kita lihat jejaknya. Pertanyaan tentang pemerintahan yang bersih, independen dan bebas KKN akan selalu jadi pertanyaan yang relevan diajukan dan diujikan untuk para pemimpin dan calon pemimpin Indonesia sekarang maupun nanti dan bukan hanya pada pemerintahan Habibie.

Habibie yang dulu adalah ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia yang pertama adalah gambaran intelektual muslim modern yang jenius tanpa harus tampak relijius. Islam baginya adalah sesuatu yang sangat bisa berdampingan dengan demokrasi. Ia membuktikannya dan mempraktekkannya dengan keakrabannya pada nilai-nilai demokrasi yang ia dapat saat kuliah dan berkarier di luar negeri. Ia anak cerdas dari Sulawesi Selatan, yang berkenalan dengan Suharto saat yang terakhir adalah militer muda yang bertugas di Parepare.

Setelah kuliah dan bekerja sebagai top eksekutif di sebuah firma pesawat terbang di Jerman, ia diminta Suharto pulang ke Indonesia untuk membangun industri teknologi tinggi sebagai jalan untuk menumbuhpesatkan ekonomi Indonesia. Terciptalah Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN dari tangan Habibie. Ia mengolah teknologi dan riset ke dalam visi yang dia percaya bisa membuat Indonesia bertransformasi menjadi negara yang canggih dan modern.

Selama hampir seperempat abad menjadi menteri dalam kabinet Suharto, karakternya yang unik dan hidup juga proyek besarnya seperti pabrik pesawat terbang membuatnya menjadi sosok populer. Siapa yang tidak suka dengan kisah-kisah sukses? Apalagi jika kisah suksesnya berjudul "Anak Indonesia Didikan Jerman Pulang ke Indonesia Bikin Pesawat Terbang?”

Kini, Habibie yang telah tua masih tampak kelihatan kuat karena kebiasaannya berpuasa Senin-Kamis. Jika dulu anak-anak Indonesia tahun 90-an mengenal Habibie sebagai "menteri pesawat terbang”, zaman sekarang mungkin lebih banyak yang mengenalnya sebagai sosok penuh kasih sayang dan romantis karena film Habibie-Ainun. Banyak yang tahu bahwa ia Presiden Indonesia yang ketiga dengan masa jabatan tersingkat, tapi mungkin hanya sedikit saja yang ingat bagaimana ia adalah ilmuwan terbesar yang Indonesia punyai sampai saat ini.

Penulis:

Sari Safitri Mohan adalah penulis novel, editor/produser podcast & IndoProgress TV yang meraih gelar MA dalam bidang studi media dari The New School University, New York.

@fitrimohan

*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.

Ed: ap/vlz