1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Bisnis Oksigen Kemasan

9 Agustus 2017

Bukan hanya air yang kini dijual dalam kemasan, tapi udara bersih dalam botol juga sudah siap dijual sebagai cinderamata, atau ke rumah sakit. Pebinis cerdas memanfaatkan polusi di kota besar sebagai celah meraih sukses.

https://p.dw.com/p/2huth
Beijing students ordered indoors as smog again shrouds northern C
Foto: dpa

Setiap tahun lebih dari satu juta orang meninggal di Tiongkok akibat polusi udara, demikian hasil penelitian lembaga riset Max Planck Insitute bidang Kimia. Depresi akibat kabut asap mendorong warga Beijing dan Shanghai mengimpor oksigen kemasan seharga 20 Dolar AS atau nyaris 300.000 Rupiah per botol. Menurut perusahaan oksigen kemasan asal Kanada, satu liter botol oksigen cukup untuk 150  tarikan nafas.

Moses Lam, pendiri perusahaan Vitality Air yang bermarkas di Edmonton, Kanada, tak menyangka bisnisnya mampu meraup sukses. Saat diwawancarai televisi CBC, Lam mengaku awalnya ia hanya iseng saat mencoba menjual botol oksigen . Ide ini berubah menjadi bisnis profesional, ketika 100 botol pertama laris hanya dalam empat hari.

Udara Pegunungan Laris Manis

Jasa perusahaan Vitality Air juga diincar pasar India, Korea dan Vietnam. Setiap dua minggu sekali, 20 karyawannya bekerja "menangkap" ratusan ribu liter udara segar di Pegunungan Rocky, Kanada. “Udara dari Taman Nasional Banff adalah salah satu lokasi di Kanada yang paling laku terjual," ungkap Moses Lam.

Proses produksinya sangat rumit, sebab hanya 20%  oksigen murni yang terkandung dalam seluruh udara yang terkumpul. Tak hanya itu, kemasan ini juga memiliki masa kadaluarsa. “Botol oksigen ini harus digunakan antara 1 sampai dua tahun,“ demikianlah rekomendasi Si Penjual Oksigen.

Di Sydney perusahaan Green & Clean bahkan sudah membotolkan udara Australia sejak November 2015. Salah satu sumbernya adalah Taman Nasional Blue Mountain atau lokasi di sepanjang tepi pantai timur Australia, Gold Coast dan Great Barrier Reef. Jumlah pesanan yang diterima paling sedikit 4000 botol. Ini membuat Green & Clean mampu mengantongi ratusan ribu dolar. Konsumen utama mereka umumnya dari seluruh Asia.

 Perusahaan Australia ini tengah mengincar Jerman sebagai potensi pasar di masa depan, sebab berbagai upaya yang dilakukan pemerintah maupun perusahaan tidak membawa dampak signifikan. Juru Bicara perusahaan Australia itu merujuk pada skandal gas emisi di Jerman.

Udara Kemasan Sebagai Cenderamata

Bila biasanya oleh-oleh dari Black Forest di Jerman adalah sebuah jam dinding cuckoo, maka bila Anda berkunjung ada cenderamata baru yang menanti. Elke Ott kini menjual cenderamata alternatif teranyar: Udara Black Forest. Tidak dalam botol, tapi dalam kemasan kaleng.

Tidak demikian halnya dengan Stefan Buty dari Bad Kreuznach yang lebih memilih botol gelas bening untuk memasarkan udara dari daerah tambang garam di Saarland.

Screenshot kuckuck.de
Cenderamata berupa udara dalam kemasan kaleng dari Black Forest, JermanFoto: kuckuck.de

“Jualan udara “ sebenarnya telah dipasarkan ketika Piala Dunia tahun 2006 berlangsung di Jerman. Saat itu Anda bisa membeli kemasan “ Udara Berlin Asli“.  Lelucon ini bahkan menyibukkan biroktasi di Brussel, meski Uni Eropa memperingatkan lebih dari 30% kaleng kemasan yang dianalisis mengandung partikel halus dalam jumlah tinggi. Meski demikian, produk udara dalam botol ini tetap lolos ke pasaran.

Tak hanya sebagai lelucon, produk udara kemasan juga digunakan sebagai aksi politis untuk mengampanyekan perlindungan lingkungan. Inilah yang dilakukan miliuner dan filantropi, Chen Guangbiao ketika menjual udara dalam botol asal perkampungan Tiongkok di jalanan tahun 2012 lalu.

Ketika Udara Semakin Menipis

Para peneliti telah mencari cara alternatif seandainya level oksigen di udara merosot hingga ke jumlah terendah yang kita butuhkan untuk bernafas. Max Delbrück  Center bidang Kedokteran Molekular di Berlin menyoroti kemungkinan untuk mengurangi konsumsi oksigen dengan meneliti tikus mol telanjang.

Binatang pengerat ini dapat bertahan hidup di liang bawah tanah yang minim udara. Saat uji coba berlangsung, tikus mol mampu bertahan selama lima jam dengan hanya menyerap fruktosa atau gula buah dari akar. Binatang ini juga memperlambat laju nadi mereka dari 200 hingga 50 detak per menit. Ilmuwan sedang mengupayakan kemungkinan model ini diterapkan kepada manusia. Dan mereka berjanji bahwa penelitian ini tidak terkait sama sekali dengan industri automotif.  (Ed: ts/hp)