1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Utara

100 Hari Menjabat, Biden Bertekad Bawa AS Bangkit Kembali

29 April 2021

Dalam pidatonya di depan Kongres AS yang menandai hari ke-100 masa jabatannya, Presiden AS Joe Biden menguraikan rencananya untuk membantu rakyat Amerika keluar dari kemiskinan dan masalah kesehatan.

https://p.dw.com/p/3siFI
Presiden AS Joe Biden saat menyampaikan pidato 100 hari pertamanya menjabat
Presiden AS Joe Biden saat menyampaikan pidato 100 hari pertamanya menjabatFoto: Jonathan Ernst/REUTERS

Menandai 100 hari pertama masa jabatannya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan pidato di depan Kongres AS pada Rabu (28/04) malam waktu setempat. Dalam pidatonya tersebut, Biden mengatakan bahwa "Amerika kembali bangkit" di tengah ancaman pandemi yang bersejarah.

Bertempat di Gedung Capitol, penyampaian pidato berlangsung dalam suasana yang berbeda dari biasanya. Gedung Capitol masih dikelilingi pagar pembatas pasca-kerusuhan awal tahun lalu.

Dalam kesempatan itu, Biden mendorong investasi senilai US$ 1,8 triliun (Rp 25,2 kuadriliun) bagi kepentingan anak-anak, keluarga, dan pendidikan yang secara fundamental akan merubah peran yang dimainkan pemerintah AS bagi kehidupan rakyat Amerika. Ia mengatakan bahwa hal ini ditujukan untuk membangun kembali rakyat kelas menengah AS pasca-COVID dan para pekerjanya yang "terlupakan".

Sebagian besar isi pidato Biden berfokus pada ketidaksetaraan pendapatan, kecaman kepada perusahaan besar karena tidak membayar pajak, dan menyoroti pertumbuhan kekayaan selama pandemi.

Kemajuan melawan pandemi

Biden juga memuji langkah-langkah pemerintahannya dalam melakukan vaksinasi massal melawan COVID-19.

"Amerika siap lepas landas," tutur Biden. "Kita bekerja lagi, bermimpi lagi, menemukan solusi lagi, memimpin dunia lagi. Kita telah menunjukkan kepada satu sama lain dan dunia: tidak ada kata berhenti di Amerika."

Mendorong pertumbuhan ekonomi dan perang melawan krisis iklim

Lebih lanjut Biden mengklaim bahwa dalam 100 hari pertama ia menjabat, pemerintahannya telah memperoleh sekitar 1,3 juta lapangan pekerjaan baru. Jumlah ini lebih banyak daripada 100 hari pertama masa jabatan presiden mana pun. Sedikitnya 43 kali Biden menyebut kata pekerjaan dalam pidatonya.

Ia mendesak pengesahan program American Jobs Plan jika negara ingin mempertahankan momentum ini dan kembali mewujudkan tingkat pengangguran yang rendah seperti sebelum pandemi.

Biden juga mendorong AS memenuhi kewajiban internasional untuk memperlambat dampak perubahan iklim. Ia pun memasukkan hal ini dalam rencana kerjanya.

"Sudah terlalu lama, kita gagal menggunakan kata yang paling penting ketika berbicara tentang mengatasi krisis iklim,'' kata Biden. "Pekerjaan. Pekerjaan. Bagi saya, ketika saya berpikir tentang perubahan iklim, saya memikirkan pekerjaan.''

Harris dan Pelosi cetak sejarah

Pidato Biden ini juga mencatat sejarah tersendiri. Untuk pertama kalinya, ada dua perempuan yang berbagi panggung Kongres selama pidato presiden, yaitu wakil presiden Kamala Harris - perempuan kulit hitam dan keturunan India, dan Ketua DPR Nancy Pelosi. Keduanya berdiri berdampingan di belakang Presiden Joe Biden saat ia menyampaikan pidato pertamanya di sidang gabungan Kongres pada Rabu malam.

Wakil Presiden Kamala Harris (kiri) dan Ketua DPR Nency Pelosi (kanan) ceak sejarah sebagai dua perempuan pertama yang bersama-sama memimpin rapat paripurna Kongres AS
Wakil Presiden Kamala Harris (kiri) dan Ketua DPR Nency Pelosi (kanan) cetak sejarah sebagai dua perempuan pertama yang bersama-sama memimpin rapat paripurna Kongres ASFoto: Chip Somodevillaat/PREUTERS

Tepuk tangan pertama muncul saat Biden menyapa wakilnya tersebut. "Ibu wakil presiden," sapa Biden. "Tidak ada presiden yang pernah mengucapkan kata-kata itu dari podium ini, dan sudah saatnya,'' ia menambahkan.

Aktivis perempuan menyebut pemandangan Harris dan Pelosi duduk bersama di belakang Biden sebagai "momen yang indah.''

"Ini adalah awal yang bagus dan kita harus terus melangkah maju memberikan hak yang sama kepada perempuan," kata Christian Nunes, presiden dari Organisasi Nasional untuk Perempuan.

rap/gtp (AP, AFP)