1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bertemu di Alaska, AS-Cina Saling Lempar Kritikan Tajam

19 Maret 2021

Dalam pertemuan pertama antara pejabat pemerintahan Presiden AS Biden dan Cina di Akaska, kedua negara saling menyerang dengan kritikan tajam.

https://p.dw.com/p/3qqUz
AS dan CIna bertemu langsung di Anchorage, Alaska
AS dan CIna bertemu langsung di Anchorage, Alaska (18/03)Foto: Frederic J. Brown/AFP/Getty Images

Amerika Serikat (AS) dan Cina saling "jual beli serangan" ketika pejabat tinggi kedua negara saling bertemu pada pembicaraan tingkat tinggi pada hari Kamis (18/03).

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan mitranya dari Cina, Yang Jiech, di Anchorage, Alaska.

Dari awal pertemuan, kedua pihak pun langsung saling lontarkan teguran tajam terhadap satu sama lain.

Blinken mengatakan pemerintahan Biden akan menyampaikan "keprihatinan mendalam" tentang beberapa tindakan Beijing di dalam dan luar negeri, termasuk perlakuannya terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.

"Setiap tindakan ini mengancam tatanan berbasis aturan yang menjaga stabilitas global," kata Blinken.

Pernyataan tersebut kemudian dibalasa Yang, memberitahu AS untuk menanggalkan "mentalitas Perang Dingin" dalam pendekatannya terhadap China.

Dia menambahkan bahwa AS "menyalahgunakan apa yang disebut gagasan keamanan nasional untuk menghalangi pertukaran perdagangan normal, dan menghasut beberapa negara untuk menyerang Cina."

Yang mengatakan bahwa "Cina dengan tegas menentang campur tangan AS dalam urusan dalam negeri Cina." Ini sebagai tanggapan Beijing terhadap kritik atas pendekatan AS di Xinjiang, Hong Kong, atau dengan Taiwan.

Dikutip dari kantor berita Reuters, seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa dalam pertemuan terseut pihak Ciina "berniat untuk bersikap sombong, fokus pada teater publik dan drama daripada substansi."

Pembicaraan langsung pertama sejak Biden menjabat

Tindakan kekerasan di Hong Kong, retorika yang meningkat terhadap Taiwan, dan agresivitas di Laut Cina Selatan adalah kebijakan yang menurut AS tidak dapat diterima. Presiden AS Joe Biden mengatakan dia mungkin melunakkan permusuhan yang terjadi di era Trump yang kadang-kadang terbuka terhadap Cina, tetapi belum menolak satu pun dari kebijakan Trump.

Sebelum pembicaraan tersebut, Blinken telah melakukan kunjungan ke sekutu AS di Asia terkait hubungan yang sulit dengan Beijing. AS dan Jepang mengeluarkan pernyataan bersama yang mengkritik "paksaan dan agresi" Cina di Asia. Saat berada di Seoul, Blinken telah mendesak Cina untuk menekan Korea Utara agar meninggalkan ambisi proyek nuklirnya, dengan mengatakan Beijing memiliki "kepentingan pribadi yang jelas" dalam melakukannya.

Rajut ulang hubungan yang sulit

Beijing telah menyerukan pengaturan ulang hubungan, di mana sekarang merupakan titik terendah dalam beberapa dekade. Namun, perkembangan terakhir membuat komunikasi menjadi sulit.

AS meluncurkan beberapa langkah yang menargetkan Cina pada malam pertemuan tersebut, terutama sanksi baru terkait dengan penanganan Beijing di Hong Kong.

Cina akan memulai persidangan terhadap dua warga Kanada, yang ditahan pada 2018 atas tuduhan mata-mata setelah polisi Kanada menahan Meng Wanzhou, kepala keuangan perusahaan peralatan telekomunikasi Huawei Technologies dengan surat perintah AS.

Kementerian luar negeri mengklaim bahwa itu tidak ada hubungannya dengan pembicaraan Anchorage.

Menurut PBB lebih dari 1 juta orang Uighur, minoritas Muslim di Cina, ditahan di kamp-kamp interniran di wilayah Xinjiang. Kelompok terbesar yang mewakili warga Uighur yang diasingkan telah menulis kepada Blinken, mendesaknya untuk menuntut Beijing menutup kamp tersebut.

rap/vlz (AFP/AP)