1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bepi Colombo Melawan Matahari Mendekati Merkurius

Christian Offenberg
9 Agustus 2023

Merkurius adalah planet yang terletak paling dekat dengan matahari. Planet ini sangat sulit dicapai, karena radiasi panas dan gravitasi kuat dari matahari. Wahana nirawak BepiColombo, dirancang untuk atasi tantangan.

https://p.dw.com/p/4UUDq
Wahana nirawak BepiColombo
Foto: ATG Medialab/ESA/picture alliance

Proyek Bepi Colombo yang dilaksanakan European Space Agency (ESA) dengan Badan Antariksa Jepang JAXA memakan dana satu milyar Euro. Pasalnya, walaupun Merkurius terletak relatif tak jauh dari planet Bumi, penelitian inti planet di dalam tata surya kita tetap jadi tantangan besar.

Jika dilihat dari Bumi, Merkurius letaknya agak tersembunyi. Jadi pengamatan dengan teleskop sulit. Selain itu, siapapun yang akan terbang ke Merkurius harus bisa menahan gravitasi kuat dari matahari.

Di Darmstadt semua penerbangan ruang angkasa diawasi. Agar pesawat nirawak Bepi Colombo bisa mencapai orbit Merkurius, para insinyur harus memperhitungkan jalur penerbangan yang rumit. Lama penerbangannya tujuh tahun.

Perhitungan manuver penerbangan sangat rumit

Direktur Penerbangan BepiColombo Andrea Accomazzo mengungkap, perhitungan manuver penerbangan sangat rumit, karena pesawat terbang ke arah matahari, dan dari matahari ada gaya tarik yang sangat kuat. Sedangkan planet Merkurius berada tidak jauh dari matahari. 

Ia menjelaskan, pada pesawat nirawak itu ada tiga energi pendorong yang beroperasi. Yang pertama adalah dorongan roket Ariane 5 saat peluncuran. Yang kedua, dorongan jet plasma di badan pesawat. Selain itu, manuver yang disebut "swing by".

Penerbangan ke Merkurius boleh dibilang melewati jalur "pengereman" paling panjang dalam sejarah perjalanan luar angkasa. Sejauh ini Bepi Colombo sudah dua kali terbang dekat planet Venus. Setiap kali, pesawat itu melepas energi penggerak yang dipicu gravitasi planet Venus. Dengan demikian, pesawat itu bisa mendekati orbit Merkurius.

Setiap kali, Bepi Colombo terbang pada jarak sekitar 200 km dari planet Merkurius, dan mengirim banyak foto dirinya sendiri dan planet Merkurius, sesuai jadwal.

Tapi pesawat nirawak itu masih melaju terlalu cepat. Ia masih harus mengurangi energi sebanyak enam kali, dengan bantuan gaya tarik Merkurius lewat manuver "swing by." Barulah setelah terbang tujuh tahun ke sana, pesawat akan berbelok ke orbit planet Merkurius dan membelah diri menjadi dua satelit pengamat.

Menemukan material yang tepat

Saat itulah tantangan terbesar akan mulai ditangani. Karena di planet Merkurius, radiasi sinar matahari 10 kali lipat lebih intensif dibanding di orbit bumi. Selain itu, belahan Merkurius yang terkena sinar matahari, suhunya bisa melonjak hingga 480° Celcius. Jadi kedua satelit itu ibaratnya akan terpanggang.

Bagi ESA dan kepala proyek Elsa Montagnon itu tantangan terbesar yang dihadapi selama ini. "Ketika proyek Bepi Colombo baru mulai, di bank data ESA kami hanya menemukan bahan yang bisa melindungi pesawat sampai 120°C," kata Elsa Montagnon. Sedangkan pesawat harus tahan 350°C. Dari situ bisa dilihat, lompatan kualitas seperti apa yang harus mereka lakukan.

Untuk melindungi teknik yang sensibel dari radiasi bersuhu sangat tinggi, untuk Bepi Colombo dibuat lapisan khusus dari serat keramik dan titanium. Tahun 2025 pesawat akan siap. Satelit Eropa itu akan berkonsentrasi pada permukaan planet Merkurius. Sementara satelit lainnya yang diluncurkan Jepang terutama akan mencari tahu, mengapa Merkurius, selain Bumi, satu-satunya planet yang terdiri dari bebatuan di bagian dalam tata surya, yang memiliki medan magnet. (ml/as)