1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Bawa 6 Menteri, Kanselir Olaf Scholz Bertolak ke Jepang

17 Maret 2023

Kanselir Jerman Olaf Scholz berangkat ke Tokyo Jumat sore (17/3) didampingi enam menteri kabinet. Mereka akan melakukan pembicaraan dengan kabinet PM Fumio Kishida dalam rangka konsultasi antar pemerintah.

https://p.dw.com/p/4Oow5
PM Jepang Fumio Kishida (kiri) dan Kanselir Olaf Scholz (kanan)
PM Jepang Fumio Kishida (kiri) dan Kanselir Olaf Scholz (kanan) pada KTT G7 di Elmau, Jerman, Juni 2022Foto: Peter Kneffel/dpa/picture alliance

Kanselir Jerman Olaf Scholz hari Jumat (17/3) siap berytolak ke Tokyo untuk menghadiri konsultasi antar pemerintah Jerman-Jepang, yang digelar untuk pertama kalinya. Tema utama yang akan dibahas adalah strategi keamanan ekonomi, terutama bagaimana melepaskan diri dari ketergantungan pasokan bahan mentah dari Cina. Jerman telah memetik pelajaran pahit dari ketergantungan energi dari Rusia selama berkecamuknya perang Ukraina.

Olaf Scholz akan didampingi enam menteri dan sejumlah delegasi. Anggota kabinet yang berangkat antara lain Menteri Ekonomi dan Wakil Kanselir Robert Habeck (Partai Hijau), Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock (Partai Hijau), Menteri Keuangan Christian Lindner (FDP) dan Menteri Pertahanan Boris Pistorius (SPD). Rombongan kabinet akan disertai delegasi ekonomi Jerman.

Sebelumnya, di parlemen Jerman Bundetag hari Kamis (16/3) Kanselir Scholz menekankan, keamanan ekonomi akan menjadi agenda penting selama kunjungannya ke Jepang. "Di bidang keamanan pasokan bahan baku, kami mencari pertukaran dengan mitra di seluruh dunia. Dan topik ini akan menjadi agenda utama saat saya melakukan perjalanan ke Jepang besok untuk konsultasi pemerintah," tambahnya.

Scholz sebut India dan Indonesia pemasok bahan mentah penting

Kepada harian ekonomi Jerman Handelsblatt, Olaf Sholz menerangkan, Jepang adalah salah satu negara acuan untuk soal keamanan rantai pasokan bahan baku. "Jepang sejak lama punya strategi untuk itu. Saya yakin, kita bisa belajar beberapa hal dari mereka."

"Pemerintah Jerman dalam upaya mengamankan rantai pasokan bahan baku saat ini sedang mengembangkan strategi baru", kata Scholz lebih lanjut. "Tujuannya adalah agar bisnis bahan baku tetap dilakukan oleh pihak swasta, dan pada saat yang sama perusahaan bisa bertindak cerdas untuk mengamankan ekonomi nasional", papar kanselir Jerman itu.

"Pada prinsipnya, pemerintah Jerman ingin melepaskan diri dari ketergantungan rantai pasokan dari Cina", jelas Scholz. "Untuk itu Jerman perlu mengembangkan kemitraan perdagangan baru, terutama dengan negara-negara kaya bahan mentah seperti Brasil, India dan Indonesia", tegasnya.

Scholz juga mengatakan, penting untuk memperhatikan bahwa impor bahan mentah Jerman dilakukan dari negara penghasilnya. "Beberapa hal yang kita impor sekarang dari Cina tidak pernah diproduksi di Cina, melainkan hanya diolah kembali di sana saja."

Pelajaran pahit ketergantungan pada energi Rusia

"Jerman juga belajar dari krisis yang muncul dari ketergantungan pada energi murah dari Rusia", kata seorang pejabat senior pemerintah. Karena itu, pemerintah Jerman sekarang ingin meningkatkan kerja sama ke negara-negara Asia, termasuk India dan Indonesia, dalam upaya mendiversifikasi pasokan dan ekspornya. Jepang, kata seorang pejabat senior Jerman, adalah "pelopor" dalam masalah keamanan ekonomi.

"Tujuan utamanya adalah melindungi rantai pasokan dari gangguan, dengan memastikan bahwa pasokan bersumber dari dalam negeri atau dengan mengandalkan sekutu atau mitra di luar Cina", jelas pejabat senior yang tidak ingin disebut namanya itu.

Sumber pemerintah juga menggarisbawahi bahwa ketegangan seputar Taiwan "tidak secara eksplisit menjadi bagian dari konsultasi", tetapi para menteri akan membahas kerja sama militer. Pemerintah Jerman secara rutin mengadakan pembicaraan dengan kabinet beberapa negara, dari sekutu terdekatnya seperti Prancis hingga mitra ekonomi seperti Cina. Konsultasi antar pemerintah Jerman-Jepang di Tokyo adalah yang pertama kali dilaksanakan.

hp/as (afp, dpa, handelsblatt)