1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiGlobal

Banyak Perusahaan Global Hentikan Bisnis dengan Rusia

3 Maret 2022

Produsen mobil Jepang, Toyota, menjadi salah satu perusahaan yang menghentikan produksi di Rusia karena sanksi yang diterapkan Barat, sehingga berdampak pada terganggunya arus logistik hingga memotong rantai pasokan.

https://p.dw.com/p/47wnz
Uang kertas rubel Rusia
Uni Eropa memberlakukan sanksi berat terhadap bank sentral Rusia, termasuk larangan transaksi dengan lembaga keuanganFoto: Sven Hoppe/dpa/picture alliance

Selain menghentikan produksi, perusahaan Toyota Motor mengumumkan bahwa ekspor kendaraannya ke Rusia juga telah dihentikan hingga batas waktu yang belum ditentukan, mengikuti langkah serupa oleh saingannya, yakni Honda Motor dan Mazda Motor.

"Toyota mengamati perkembangan yang sedang berlangsung di Ukraina dengan perhatian besar terhadap keselamatan orang-orang Ukraina dan berharap untuk kembali dengan aman ke perdamaian sesegera mungkin," katanya dalam sebuah pernyataan.

Toyota memproduksi sekitar 80.000 kendaraan di St. Petersburg dengan mempekerjakan 2.000 staf.

Tindakan serupa dilakukan perusahaan berskala internasional lainnya, seperti perusahaan energi Exxon Mobil dan Shell, grup mode H&M, Spotify, Apple, Boeing, Airbus, operator pelayaran Royal Caribbean Group dan Viking Cruises.

Mercedes-Benz, Ford, dan BMW juga telah berhenti membuat dan mengekspor mobil ke Rusia. Perusahaan ekspedisi yang menggunakan jalur pelayaran terbesar di dunia, MSC dan Maersk, pun menangguhkan pengiriman kontainer ke dan dari Rusia.

Maersk mengatakan pada hari Rabu (02/03) bahwa pengiriman bahan makanan dan pasokan medis ke Rusia berisiko rusak karena penundaan yang signifikan di pelabuhan dan bea cukai.

Berbeda dengan Amazon Inc, perusahaan itu memanfaatkan jaringan logistiknya untuk mendistribusikan pasokan bagi mereka yang membutuhkan dan mengerahkan keahlian keamanan siber sebagai dukungan untuk Ukraina.

Invasi Rusia ke Ukraina terbukti telah memicu gelombang sanksi global, pembatasan ekspor yang membuat ekonominya kacau balau, dan mengganggu operasi perusahaan multinasional di sana.

"Pada dasarnya Anda membuat Rusia menjadi paria komersial,” kata ekonom Mary Lovely, seorang rekan senior di Peterson Institute for International Economics di Washington. "Hampir tidak ada perusahaan, tidak ada multinasional, yang ingin terjebak di sisi yang salah dari sanksi AS dan Barat.”

Studio-studio Hollywood, mencakup Warner Bros., Walt Disney Co., dan Sony Pictures juga menunda perilisan film-film baru di Rusia, yang bukan merupakan pasar film terkemuka, tetapi biasanya berada di peringkat sepuluh besar negara untuk pendapatan box office.

Peringkat kredit Rusia dipangkas

Harga minyak meroket lebih tinggi pada hari Kamis (03/03) karena perang di Ukraina, sementara saham Asia mendulang keuntungan setelah pernyataan meyakinkan dari Federal Reserve membantu Wall Street untuk bangkit.

"Rusia memasok sekitar 30% dari impor gas dan minyak Eropa, serta menyumbang sekitar 11% dari produksi minyak dunia," kata Shane Oliver, Kepala Strategi Investasi AMP. "Singkatnya, investor khawatir tentang kejutan stagflasi."

Fitch memangkas peringkat kredit negara Rusia enam tingkat menjadi status "sampah", dengan mengatakan ketidakpastian negara itu dapat membayar utangnya.

Saham berjangka S&P 500 datar, sedangkan Nasdaq berjangka turun 0,1% dan EUROSTOXX 50 berjangka tergelincir 0,2%.

Ketua Fed Jerome Powell pada hari Rabu (02/03) mengatakan suku bunga kemungkinan akan dinaikkan hanya 25 basis poin bulan ini. Perang di Ukraina telah membuat prospek "sangat tidak pasti".

ha/yf (Reuters, AP)