1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanJerman

Banyak Orang Jerman Kesepian, Terutama Kaum Muda

13 Desember 2024

Sebuah survei baru menemukan bahwa sebagian besar orang Jerman mengalami kesepian, terutama di kalangan muda. Itu bisa punya dampak serius terhadap kesehatan.

https://p.dw.com/p/4o4Ij
Foto ilustrasi kesepian
Foto ilustrasi kesepianFoto: Dominic Lipinski/empics/picture alliance

Kesepian menjadi masalah yang semakin serius di Jerman, menurut survei terbaru dari salah satu perusahaan asuransi kesehatan terbesar, Techniker Krankenkasse (TK).

Sekitar 60% orang Jerman menderita kesepian baik sering, kadang-kadang atau jarang, menurut hasil survei yang TK yang dirilis di Berlin hari Rabu (11/12). Studi ini didasarkan pada survei telepon representatif terhadap 1.403 responden yang dilakukan pada bulan Mei oleh lembaga penelitian Forsa.

Ditemukan bahwa kesepian terutama menimpa kaum muda – dari kelompok usia 18 hingga 39 tahun, 68% mengatakan mereka sering, kadang-kadang, atau jarang merasa kesepian. Masalah ini juga tampaknya lebih meresahkan orang-orang muda: 36% dari mereka yang berusia 18 hingga 39 tahun menyebutkan, perasaan kesepian sangat membebani mereka, sementara di antara kelompok usia antara 40 dan 59 tahun dan generasi 60-an lebih, angkanya masing-masing hanya 19% dan 21%.

Berbicara pada konferensi pers ketika merepresentasikan hasi survei tersebut di Berlin pada hari Rabu, sosiolog Janosch Schobin mengatakan, fenomena ini terjadi karena kesepian sering kali dipicu oleh perubahan keadaan hidup yang lebih mungkin terjadi di masa muda: meninggalkan rumah, pindah ke kota baru, berpindah pekerjaan.

Orang yang lajang tiga kali lebih mungkin merasa kesepian dibandingkan mereka yang memiliki pasangan, dan meskipun tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam hal intensitas perasaan kesepian, namun pasangan mempunyai peran penting: 33% orang yang lajang merasa sangat atau cukup intensif terbebani oleh kesepian. Di antara orang-orang yang mempunyai pasangan tetap, angka ini hanya 22%.

Kesepian masih jadi tabu bagi pria

Studi tersebut menemukan bahwa tingkat pendidikan, pekerjaan, atau apakah seseorang tinggal di kota besar atau kecil bukanlah faktor yang signifikan dalam menentukan apakah seseorang merasa kesepian atau tidak. Juga tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.

Faktor utama yang berkontribusi terhadap kesepian adalah keadaan hubungan dan jaringan sosial seseorang. Namun, kemiskinan meningkatkan peluang untuk mengalami kesepian, dan orang-orang lajang yang berusia lebih tua mempunyai risiko lebih tinggi mengalami kesepian dibandingkan orang-orang lajang yang lebih muda.

Perubahan keadaan hidup merupakan faktor penting: Kehilangan pekerjaan dan pasangan karena perpisahan atau kematian sering kali menyebabkan runtuhnya jaringan sosial dan perasaan kesepian.

Namun laporan tersebut menemukan bahwa mengakui kesepian masih menjadi hal yang sulit bagi banyak orang, terutama pria. Hanya 22% pria yang mengalami kesepian mengatakan bahwa mereka membicarakannya dengan orang lain – dibandingkan dengan 40% responden perempuan dalam survei tersebut.

Alasan utama yang diberikan adalah "tidak ingin membebani orang lain” dengan permasalahan tersebut. Sekitar 29% mengatakan mereka merasa tidak nyaman membicarakan kesepian mereka, sementara 9% mengatakan mereka tidak punya orang yang bisa mereka ajak bicara tentang kesepian mereka.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Kesepian adalah masalah kesehatan

Penyakit fisik dan mental juga dikaitkan dengan meningkatnya rasa kesepian. Sekitar 23% orang yang mengalami kesepian mengatakan mereka menganggap kesehatan mereka buruk – dibandingkan dengan 13% dari mereka yang tidak merasa kesepian.

Kesehatan yang buruk terutama dapat menyebabkan kesepian jika keterbatasan individu, seperti yang disebabkan oleh kecacatan, gangguan pendengaran, atau fase depresi, membuat komunikasi dengan orang lain menjadi lebih sulit.

Kesepian tampaknya menjadi pemicu stres psikologis: Gejala seperti stres dan kelelahan, perasaan rendah diri, gangguan tidur serta kecemasan lebih sering terjadi pada orang yang kesepian.

"Kesepian juga bisa menyebabkan penyakit fisik. Itu bukan teori lagi. Itu sudah terbukti," kata Jens Baas, ketua dewan direksi perusahaan asuransi kesehatan TK, dan dia menyebutkan hubungannya dengan demensia.

Orang yang kesepian juga tampaknya lebih sering mengalami penyakit fisik umum, termasuk sakit punggung dan sakit perut, kesulitan bernapas, dan asma. Alasan mengapa harus ada hubungan antara kesepian dan kesehatan masih menjadi misteri ilmiah.

"Alangkah baiknya jika kita bisa menjelaskan hubungannya, tapi tidak semudah itu,” kata Jens Baas. "Dalam ilmu pengetahuan, kita dapat melihat adanya hubungan yang jelas antara jiwa dan tubuh. Kita melihatnya dalam banyak penyakit, namun bagaimana cara kerjanya secara fisiologis, kita tidak tahu."

Diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman

Benjamin Knight
Ben Knight Berkantor di Berlin, Ben Knight terutama menulis laporan seputar politik Jerman.@BenWernerKnight