1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bantuan darurat / Irak / Guantanamo

12 Januari 2005

Di hari-hari belakangan harian-harian internasional mau pun lokal terutama memberitakan tentang missi kemanusiaan di negara-negara Asia yang menjadi korban gelombang tsunami. Penanggulangan dampak dari bencana dahsyat itu , tidak hanya di Indonesia, akan membutuhkan banyak waktu dan tenaga . Karenanya tema ini tetap dibahas dalam acara Sari Pers DW. Namun selain itu kami juga menyoroti situasi di Irak dan Guantanamo.

https://p.dw.com/p/CPPc

Bantuan masyarakat internasional terus mengalir ke negara-negara korban tsunami. Jumlahnya meningkat dari hari ke hari. Mengenai kesediaan menyumbang di saat-saat yang kritis harian Belanda Algemeen Dagblad menulis.....

Komisaris urusan pengungsi PBB Ruud Lubbers dan menteri bantuan perkembangan Belanda Agnes von Ardenne benar dengan peringatannya agar bantuan untuk negara-negara di sekitar Samudra Hindia hendaknya jangan diambil dari dana bantuan untuk rakyat yang menderita di Afrika. Lubbers hendak membedakan antara bantuan swasta untuk Asia dan bantuan negara untuk Afrika. Kedengarannya logis, namun tidak praktis. Uang sumbangan masyarakat yang prihatin dengan para korban tsunami di Asia tentu tidak boleh digunakan untuk tujuan lain. Namun para pejabat yang juga dibayar dengan uang swasta sangat diperlukan untuk tindakan pertama penanggulangan bencana. Mereka memiliki banyak dana untuk dapat memberikan bantuan segera. Sementara inisiatif warga berjalan lebih lamban. Namun hendaknya Afrika tidak dilupakan.

Merebaknya aksi kekerasan di Irak menjelang Pemilu disoroti oleh suratkabar Swedia Aftenposten.....

Jumlah serangan bom dahsyat di Irak semakin meningkat dari hari ke hari. Dalam hanya beberapa hari kaum pemberontak di Baghdad menewaskan gubernur dan wakil walikota. Bahwa para pelakunya dapat menghilang dengan naik mobil menunjukkan bahwa pasukan AS dan polisi Irak tidak mampu menguasai situasi di negara itu. Juga dua hal diragukan, apakah pemilu akhir Januari dapat memberi legitimitas kepada pemerintahan baru Irak. Di satu pihak beberapa kelompok etnis penting memboikot pemilu. Di pihak lain sebagian pemilih diancam. Selain itu perjuangan bersenjata memaksa AS melakukan tindakan militer yang memojokkan pemerintahan sementara di Baghdad. Tampaknya, Irak semakin menjadi Vietnam kedua bagi AS.

Menanggapi banyak laporan ataupun tuduhan penyiksaan yang berlangsung di kamp tahanan militer AS Guantanamo, Pentagon hari Rabu (5/1) mengumumkan rencana investigasi terbaru menyangkut penyiksaan para tahanan di Teluk Guantanamo, Kuba. Sebelumnya beberapa penyelidikan telah dilaksanakan untuk sebagai reaksi atas laporan penyiksaan di Irak, Afganistan, dan Guantanamo, tetapi tak satu pun dari penyelidikan itu yang dianggap memuaskan.

Harian Perancis Le Monde juga menganjurkan agar situasi di Guantanamo dijernihkan secepat mungkin...

Dokumen FBI menunjukkan, interogasi para tawanan di pangkalan AS Guantanamo disertai ancaman dan tindak kekerasan. AS memilih pangkalan ini sebagai kamp tawanan karena Guantanamo tidak dibawahi hukum mana pun , baik hukum Amerika mau pun Kuba. Namun yang benar adalah , pemerintah AS di Teluk Guantanamo telah menciptakan monster yuridis. Situasi itu harus secepatnya dijernihkan dengan membebaskan semua tawanan yang ditahan tanpa tuduhan. Sementara tahanan lainnya diadili oleh pengadilan biasa.