1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ban Ki-moon Mulai Misi Sulit di Myanmar

3 Juli 2009

Sejalan dengan kedatangan Ban, Jumat ini (03/07), pengadilan terhadap Aung San Suu Kyi ditunda. Pertanda baik?

https://p.dw.com/p/Ig5q
Sekjen PBB Ban Ki-moon.Foto: AP

Sekjen PBB Ban Ki-moon memulai lawatan ke Myanmar Jumat ini (02/07). Ia akan menekan junta militer untuk membebaskan semua tahanan politik, termasuk Suu Kyi, memulai lagi dialog dengan oposisi, dan menciptakan situasi kondusif bagi pemilu yang kredibel tahun depan.

Namun Ban menghadapi resiko kegagalan yang besar. Ia juga sadar bahwa pemilihan waktu bagi kunjungan ke negara yang dulu dikenal dengan nama Birma ini jauh dari ideal. Lawatan Ban dimulai pada hari dimana pengadilan Suu Kyi, yang dikritik dunia internasional, akan dilanjutkan.

Namun, sejalan dengan tibanya Sekjen PBB, pemerintah Myanmar membatalkan pengadilan Suu Kyi yang dijadwalkan Jumat ini (03/07).

Kepada wartawan di Tokyo, Selasa lalu, Ban mengatakan ia memahami kekuatiran mengenai hal itu. Ia akan menggunakan kunjungan tersebut sebagai peluang untuk menyampaikan keprihatinan masyarakat internasional kepada otoritas tertingi pemerintahan Myanmar, kata Ban.

Langkah Ban diamati oleh kelompok hak asasi manusia. Kunjungan Ban ke Myanmar pekan ini akan menjadi kegagalan besar jika pemimpin demokrasi Aung San Suu Kyi tidak dibebaskan, kata Human Rights Wacht yang bermarkas di New York. Organisasi itu dikabarkan menasehati Ban agar tidak menerima undangan junta Myanmar untuk berkunjung tanggal 3 - 4 Juli. Lawatan itu bisa digunakan untuk tujuan propaganda.

Kenneth Roth, Direktur Eksekutif HRW mengatakan, ada bahaya nyata bahwa para jendral Birma akan berusaha memanfaatkan kunjungan Sekjen PBB untuk melegitimasi pemilu 2010.

Ban Ki-moon harus mengambil jarak secara tegas dengan junta selama lawatan dua harinya, tambah HRW dalam pernyataan tertulisnya. Ban juga tak boleh menerima kembalinya Aung San Suu Kyi kepada status tahanan rumah sebagai pertanda kunjungan yang berhasil.

Aung San Suu Kyi dipindahkan dari tahanan rumah ke penjara bulan Mei, untuk menghadapi pengadilan atas tuduhan melanggar aturan penahanannya setelah seorang pria Amerika berenang menyeberangi danau ke rumah tokoh oposisi tersebut. Suu Kyi menghadapi ancaman sampai lima tahun penjara.

Meski banyak kekuatiran akan keberhasilan kunjungannya, Ban tetap memutuskan untuk pergi, kata sejumlah diplomat PBB. Ban berharap kehadirannya dan ketangkasan dalam diplomasi yang tenang di balik pintu tertutup, dapat membujuk para jendral untuk berkompromi.

Seperti musim semi lalu, ketika Ban meyakinkan mereka untuk mencabut pembatasan bagi pengiriman bantuan kemanusiaan kepada korban badai tropis Nargis.

Menurut para pengamat, Ban mungkin mendapat petunjuk dari para jendral, atau dari utusan khusus PBB Ibrahim Gambari yang melawat ke Myanmar pekan lalu, bahwa kunjungan Ban bica membawa semacam hasil positif.

Para diplomat PBB mengakui, kemungkinan gagal terbilang tinggi. Namun demikian, anggota DK PBB mendukung kunjungan Ban. Bagi Cina yang enggan mendukung sanksi PBB, kunjungan Sekjen Ban Ki-moon adalah kartu tunggal yang bisa dimainkan di Myanmar saat ini.


RP/afp/reuters