1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ban Ki Moon Menuju Birma

ging ginanjar21 Mei 2008

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon akan bertemu pemimpin junta militer Birma, jenderal Than Swee.

https://p.dw.com/p/E3iP
Ban Ki MoonFoto: AP

Hari Rabu ini Ban Ki Moon sudah mendarat di Bangkok, yang menjadi semacam pusat komunikasi dan logistik dunia untuk membantu para korban bencana Birma. Hari Kamis besok ia akan bertolak ke Birma, dan hari Jumatnya berbicara dengan jenderal Than Swee.

Ban Ki Moon:
"Tujuan saya ke Myanmar, yang terutama adalah menyampaikan simpati saya kepada rakyat dan pemerintah di masa kritis dan penuh tantangan ini. Lalu juga, menyaksikan sendiri keadaan lapangan, khususnya di kawasan yang paling terkena bencana paling dahyat dalam sejarah Myanmar ini."

Sebelumnya, bahkan sekadar untuk komunikasi telepon dengan Ban Ki Moon, junta militer tak bersedia. Sampai akhirnya bekas Menlu Korea Selatan itu mengirim surat khusus. Namun kini, menurut Ban Ki Moon, perkembangannnya sudah lebih positif. Pembicaraan pertama antara keduanya sudah dijadualkan secara pasti di Nyapidaw, ibu kota Birma yang baru.

Namun yang pertama akan dilakukannya di Birma adalah mengunjungi kawasan-kawasan yang terkena bencana:

"Saya ingin menyaksikan sendiri bagaimana keadaan di lokasi kerja tim bantuan kemanusiaan. Dan saya berniat mengerahkan segala yang saya bisa lakukan untuk melipatgandakan langkah-langkah mereka, dalam koordinasi dengan pemerintah Myanmar dan badan-badan bantuan internasional."

Misi Ban Ki Moon dianggap sangat menentukan nasib para korban bencana. Karena sejauh ini badan-badan bantuan internasional masih dihadadang berbagai pembatasan. Pemerintah Birma tetap melarang para pekerja kemanusiaan internasional untuk masuk ke delta sungai Irawady, kawasan yang paling berat terkena bencana. Kembali Ban Ki Moon:

"Ini merupakan saat-saat kritis bagi Myanmar. Kita memiliki tim-tim penanganan dan bantuan kemanusiaan yang berpengalaman. Namun di Myanmar sejauh ini kami baru bisa menjangkau 25 persen rakyat yang membutuhkan."

Betapapun kukuhnya sikap menutup dfiri rezim militer Birma, PBB tetap berusaha untuk bersikap persuasif, dan tidak bersuarta terlalu lantang mengecam kebijakan Birma yang tidak masuk akal itu. Karena kerja sama dengan pemerintah dianggap merupakan kunci untuk membantu para korban. Kendati pemerintah sendiri seperti mengabaikan nasib mereka.

Dalam perkembangan terbaru, pemerintah Birma mengizinkan Badan Pangan Dunia WFP untuk mengirim bantuan dengan 10 helikopter. Namun pelaksanaannya tidak lancar. Sebuah helikopter yang berpangkalan di Malaysia diyakini akan bisa segera beroperasi, namun 9 lainnya masih terhambat berbagai aturan pemerintah Birma.

Data resmi pemerintah menyebut, korban tewas topan Nargis telah melewati 130 ribu orang. PBB mencemaskan, jutaan korban yang lolos dari maut terancam kelaparan, gizi buruk dan wabah penyakit.

Sekjen PBB Ban Ki Moon mengatakan, itulah prioritas kunjungannya di Birma. Yakni keselamatan jiwa rakyat Birma yang kini sangat terancam.

"Saya akan berbicara dengan semua pihak. pejabat pemerintah Myanmar, para koordinator tim kemanusiaan, dan para donor internasional-- mengenai langkah ke depan. dan apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan jiwa para korban dan mencegah memburuknya situasi."

Sementara itu media pemerintah Birma menyatakan, pemerintah tegas menolak bantuan yang diangkut kapal-kapal dan helikopter Amerika. Mereka menuduh Amerika mengaitkan bantuan itu dengan berbagai agenda tersembunyi. Kapal-kapal irtu sudah berada di sekitar perairan Birma. Dan Amerika berulang kali menegaskan, kendati mereka sangat kritis terhadap pemerintah Birma, bantuan itu sepenuhnya tanpa syarat.