1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bali Setelah Teror Bom Kedua

4 Oktober 2005

Kegiatan sehari-hari di Kuta mulai normal, polisi usut pelaku pemboman dan kelompok pendukungnya.

https://p.dw.com/p/CJgU
Warga Bali berdoa bersama di lokasi ledakan pantai Jimbaran.
Warga Bali berdoa bersama di lokasi ledakan pantai Jimbaran.Foto: AP

Sekitar 200 warga Hindu, Muslim, Kristen dan Katolik di Bali hari ini melakukan prosesi dan upacara doa bersama di pantai Kuta. Mereka bersama-sama mengecam aksi pembunuhan dan menunjukkan solidaritas antar umat beragama menentang terorisme.

Pagi ini, Presiden Yudhoyono dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong sempat berkunjung ke Rumah Sakit Sanglah tempat sebagian besar korban dirawat. Indonesia dan Singapura akan meningkatkan kerjasama dalam menghadapi ancaman terorisme internasional. Dari Rumah Sakit Sanglah dilaporkan, dari 22 korban tewas, 6 jenazah masih belum teridentifikasi.

Sementara pihak kepolisian masih terus melakukan pengusutan tentang pelaku, yang diduga kuat merupakan pelaku bom bunuh diri. Kepala Polisi Bali, Inspektur Jendral Polisi Made Mangku Pastika mengatakan, ada kesamaan antara serangan bom kali ini dengan serangan bom Bali tahun 2002 lalu. Pihak kepolisian sudah menyebarkan gambar 3 kepala yang diduga menjadi pelaku, namun identitas mereka belum diketahui. Polisi sudah menemukan berbagai barang bukti di tempat kejadian, misalnya sisa-sisa detonator bom dan batere 9 volt di ketiga tempat kejadian. Namun Irjenpol Made Mangku Pastika menegaskan, sampai sekarang belum jelas kelompok mana yang berada di belakang serangan ini, tapi pelakunya pasti tidak bertindak sendiri.

Sementara di Bali, berbagai kalangan kuatir dampak ekonomi akan menyulitkan kehidupan masyarakat yang tergantung dari pariwisata. Tapi menurut berbagai laporan, sampai sekarang tidak terlihat adanya gelombang wisatawan yang berbondong-bondong meninggalkan Bali. Memang beberapa negara sudah mengeluarkan peringatan perjalanan ke Bali dan agen-agen perjalanan wisata membenarkan ada pembatalan. Tapi angka pembatalan belum terlalu besar. Yanti Sukamdi dari Asosiasi Perhotelan dan Restoran menyatakan, dari Jerman ada sekitar 50 wisawatan yang batal ke Bali. Jumlah ini kecil dibanding jumlah wisatawan Jerman seluruhnya ke Bali yang bisa mencapai 50.000 pengunjung.

Publik juga kelihatannya sudah menyadari, tidak ada jaminan keamanan 100 persen. Serangan bom bisa terjadi dimana saja. Karena itu, kalangan bisnis di Australia misalnya menyebut peristiwa Bom Bali 2 sebagai ‚normalitas baru’ dalam bisnis wisata. Dalam jangka panjang, kebanyakan wisatawan tidak terlalu dipengaruhi berita serangan teror.

Para wisatawan yang berada di Bali saat ini kelihatan sudah melakukan kegiatan wisata seperti biasa. Tingkat hunian di hotel-hotel Kuta masih tinggi, mencapai 90 persen. (hp)