1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bagaimana Renaturalisasi Sungai Mencegah Banjir?

Anne-Sophie Brändlin
1 Agustus 2024

Banjir menciptakan kerugian paling besar di dunia daripada bencana alam lainnya. Alam menawarkan solusi: Pohon. Sebuah wilayah di timur Jerman giat melatih hutan setempat untuk menyerap lebih banyak air.

https://p.dw.com/p/4j0KX
Renaturalisasi sungai di Leipzig, Jerman
Renaturalisasi sungai di Leipzig, JermanFoto: UFZ

Manusia telah mengubah bentang alam sungai selama ratusan tahun untuk keperluan industri, energi, pertanian, dan pembangunan rumah. Di seluruh penjuru dunia, aliran sungai diluruskan, direkayasa, dibendung, dan diperdalam.

Ekspansi kota-kota melumat dataran banjir, yang menyediakan ruang untuk luapan air. Alih fungsi lahan basah ironisnya tidak jarang dilakukan dengan tujuan agar banjir dapat dicegah. Namun yang terjadi adalah sebaliknya.

Rusaknya daerah aliran sungai

Di Jerman, dua pertiga dataran penyangga banjir di sepanjang 79 sungai utama tidak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya untuk menyimpan kelebihan air, karena keberadaan tanggul-tanggul yang tersebar. Sepertiga dari daerah dataran banjir yang tersisa ditutupi oleh ladang dan rumah.

Dan masalah seperti itu tidak hanya terjadi di Jerman, tetapi di seluruh Eropa, di mana 70-90 persen dataran banjir telah mengalami alih fungsi lahan.

Kesalahpahaman di masa lalu harus dibayar di masa kini, ketika perubahan iklim kian melazimkan cuaca ekstrem. Akibatnya, lanskap yang telah berubah fungsi ini lebih rentan terhadap banjir.

Proyek renaturalisasi sungai di Leipzig
Proyek renaturalisasi sungai di LeipzigFoto: UFZ

"Kita sudah menyadari 30 tahun yang lalu bahwa kemajuan industri dan teknis kita telah membuat hutan di wilayah ini berkembang ke arah yang salah, bahwa ekosistem kita tidak lagi tangguh. Dan bahwa kita perlu kembali ke cara lama dan membiarkan alam bekerja untuk kita," kata Mathias Scholz, ahli ekologi dataran banjir di Pusat Penelitian Lingkungan Helmholtz di Leipzig.

Dataran banjir bagi kelangsungan ekologi

"Dataran banjir yang sehat sangat penting bagi manusia," jelas Scholz. Karena itu menahan air untuk jangka waktu yang lebih lama dan bertindak seperti spons. Dataran banjir adalah pelindung iklim alami dan pengendali banjir, tetapi hanya jika diberi pasokan air.

"Daerah resapan air membantu tanaman menyintasi kekeringan di musim panas. Dan ketika banjir berikutnya datang dan sungai meluap, hutan dan padang rumput yang akan terendam banjir. Cara ini adalah salah satu asuransi paling efektif terhadap kerusakan akibat banjir, karena sebagian air banjir tetap berada di dataran banjir alih-alih mengalir deras ke hilir dan menyebabkan kerusakan di sana," kata Scholz.

Jika kita tidak lagi memiliki dataran banjir dan hutan dataran banjir, air akan mengalir keluar dari lanskap dengan sangat cepat, yang menyebabkan gelombang banjir yang semakin besar dan menyebabkan kerusakan yang signifikan.

Banjir Parah Melanda Selatan Jerman

Melatih hutan menghalau banjir

Untuk menguji teori, para peneliti dengan sengaja membanjiri area kecil hutan setiap musim semi selama beberapa dekade, dan mengukur hasilnya. Data yang mereka kumpulkan selama 30 tahun menceritakan kisah ekosistem yang kembali ke keadaan alaminya.

"Kami menyadari bahwa kami dapat mempertahankan kondisi lembap di hutan hingga tiga bulan lebih lama, bahkan selama musim kemarau, yang memungkinkan hutan dataran banjir beradaptasi dengan kondisi yang lebih basah dan lebih dinamis ini. Pada saat yang sama, spesies lain yang tidak seharusnya ada di sini surut, menyediakan ruang dan cahaya bagi spesies pohon yang khas di hutan dataran banjir," kata Scholz.

Mereka pada prinsipnya melatih hutan agar mampu menyerap lebih banyak air. Pelatihan berkala dinilai penting, karena meskipun pohon tahan banjir, jika tidak mengalami banjir dalam waktu lama, hutan mungkin "lupa" bagaimana mengatasi atau beradaptasi dengan genangan air, kata Scholz.

"Oleh karena itu, penting untuk melatih ekosistem ini untuk menangani air lagi, sehingga tidak ambruk setelah kejadian banjir pertama."

Terdorong oleh hasil positif tersebut, kota Leipzig memutuskan untuk berbuat lebih banyak. Pada tahun 2019, pemerintah kota mengumpulkan ilmuwan, wakil LSM, dan pejabat setempat untuk menghasilkan konsep guna meremajakan seluruh dataran banjir dalam 30 tahun ke depan.

Proyek pertama yang sudah dituntaskan, adalah memulihkan dasar sungai dan memindahkan daerah aliran sungai relatif jauh dari tepi hutan. Untuk menghalau air, sungai dilengkapi dengan sejumlah pintu keluar, agar air yang menggenang bisa mengalir ke hutan.

Italia Tanggapi Banjir yang Terjang Pemukiman dan Pertanian

"Saya sangat senang saat ini, karena ini adalah hasil kerja keras selama lima tahun, berbicara dengan orang-orang setiap hari, memastikan bahwa mereka tidak takut saat air datang," kata Christiane Frohberg yang bekerja di Departemen Kehijauan Perkotaan dan Perairan kota Leipzig. "Dan sungguh luar biasa melihat bahwa sekarang kita memiliki air di sungai kecil ini, yang bagaimanapun juga memiliki dampak yang signifikan," tambahnya.

Sasaran untuk 10-15 tahun ke depan adalah merevitalisasi lebih dari 16 kilometer badan sungai, menyambung kembali anak sungai yang telah kering dan mengairi sedikitnya 30 persen wilayah dataran banjir sebagai bagian dari renaturalisasi.

Namun, ambisi ini membutuhkan banyak waktu, uang, dan negosiasi.

Berapa biayanya?

Kota Leipzig telah menghabiskan 6,5 juta euro untuk membeli kembali tanah dan membangun jembatan.  "Anda tidak bisa begitu saja merampas tanah orang tanpa menawarkan alternatif," kata Scholz.

"Namun, mendatangkan lebih banyak air ke lanskap tidak berarti harus menghentikan penggunaan lahan pertanian; ini hanya berarti bahwa praktik pertanian perlu disesuaikan. Jadi, ini berarti bahwa transisi dari lahan subur ke padang rumput liar harus dicapai, tetapi perubahan ini juga harus dikompensasi dengan tepat," tambahnya.

Banjir termasuk jenis bencana alam dengan kerugian materil paling besar di Eropa. Sebuah studi oleh Komisi Eropa memperkirakan, risiko kerugian akibat banjir di sungai dapat meningkat sepuluh kali lipat menjadi €9,3 miliar pada akhir abad ini.

Sebagian besar kota besar Eropa terletak di dataran banjir. Hamburg, Paris, Florence, Zaragoza, London, Jenewa, Ghent dan Linz diprediksi akan mengalami kerugian besar akibat banjir paling parah di masa depan.

Sebab itu, Kementerian Lingkungan Hidup Uni Eropa baru-baru ini menyetujui Undang-Undang Pemulihan Alam yang mengatur reboisasi hutan, pembasahan kembali lahan gambut, dan mengembalikan sungai ke keadaan alami.

"Ketika kita mempertimbangkan kerusakan finansial yang pada akhirnya ditimbulkan oleh peristiwa ekstrem dan upaya jangka panjang yang diperlukan untuk mengatasinya, menjadi jelas bahwa berinvestasi dalam pemulihan ekosistem adalah investasi yang tahan lama," kata Kementerian Lingkungan Hidup Uni Eropa.

rzn/as