1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bagaimana Perang di Ukraina Mengubah Jerman

Frank Hoffmann
28 Desember 2023

Setelah dua tahun perang Ukraina, industri persenjataan Jerman bangkit lagi dengan menghadirkan teknologi paling mutakhir. Apakah ini akan berlanjut tahun 2024 dan seterusnya?

https://p.dw.com/p/4acex
Truk dari Belanda membawa peralatan militer berat dari Jerman untuk Ukraina di jalan tol A1.
Truk dari Belanda membawa peralatan militer berat dari Jerman untuk Ukraina di jalan tol A1 di Jerman. Pemandangan yang mulai umum sejak perang di Ukraina.Foto: Thomas Frey/dpa/picture alliance

Masyarakat Jerman harus mulai membiasakan diri dengan militerisasi kehidupan sehari-hari di tahun yang baru. Kalau dulu hampir tabu membahas kecanggihan teknologi persenjataan atau soal ekspor senjata, hal-hal seperti itu sekarang dianggap wajar, bahkan sudah menjadi keharusan. Para pakar pertahanan di Jerman meyakini itu, karena perang Ukraina telah mengubah pandangan Jerman tentang kekuatan militer dan aliansi pertahanan NATO.

Dulu, warga di Jerman menganggap hampir tidak mungkin akan terjadi perang di negara di dekatnya, apalagi kemungkinan serangan Rusia ke wilayah NATO. Namun sejak Rusia mencoba menginvasi Ukraina, kemungkinan itu sekarang dianggap bukan lagi sesuatu yang mustahil. Karena itu, para politisi dan pakar perhanan mulai menginventarisasi lagi kapasitas militer dan sarana pendukungnya.

Hal ini dimulai misalnya dengan membenahi infrastruktur dan kondisi jalanan, kata ilmuwan politik Christian Mölling dalam sebuah wawancara dengan DW: "Kita mungkin harus memperbarui jalan, kita harus memperbarui jembatan." Karena banyak jalan dan jembatan di Jerman tidak dirancang untuk menahan beban tank atau panser besar dan kendaraan militer berat lainnya.

Christian Mölling mengepalai Pusat Keamanan dan Pertahanan di lembaga Komunitas Kebijakan Luar Negeri Jerman, DGAP. Dia baru-baru ini merilis analisis kapasitas pertahanan Jerman menghadapi skenario terburuk diserang oleh negara lain seperti Rusia. Kesimpulannya: Jerman dan NATO hanya memiliki waktu lima tahun untuk memodernisasi infrastruktur pertahanannya. Jika tidak, keunggulan teknologi militer NATO yang selama ini diandalkan untuk mencegah niat Rusia menyerang tidak akan ada lagi.

Christian Mölling, peneliti politik pertahanan dan Direktur DGAP
Christian Mölling, peneliti politik pertahanan dan Direktur DGAPFoto: DGAP

Perubahan paradigma pertahanan setelah invasi Rusia ke Ukraina

Jerman sedang mengalami perubahan penting yang cepat: Setelah bubarnya aliansi militer Pakta Warsawa di wilayah yang dulu sering disebut Tirai Besi, Jerman sebenarnya memperkirakan bahwa berakhirnya era Perang Dingin juga akan menghilangkan ancaman perang terbuka. Tapi penilaian itu ternyata salah, setelah Rusia mengerahkan hampir seluruh kekuatan militer untuk menginvasi Ukraina.

Jadi publik di Jerman sekarang mulai terbiasa dengan diskusi-diskusi soal pertahanan, kekuatan militer dan pentingnya membangun teknologi persenjataan yang canggih.

"Pertahanan secara keseluruhan terutama adalah tentang memperkuat infrastruktur sipil di masa normal, sehingga mereka mampu bertahan jika terjadi perang,” jelas Chrsitian Mölling. Jadi, pembangunan jalan dan jembatan pun sekarang harus turut memperhitungkan relevansi pertahanan dan kemiliteran. Apakah misalnya jembatan yang dibangun bisa memiliki peran strategis dalam hal pertahanan.

Untuk memulihkan kemampuan dan kapasitas pertahanan negara, Jerman harus "menangguhkan peraturan tertentu untuk jangka waktu tertentu" dan fokus pada investasi pertahanan, sekaligus menghapus birokrasi yang berlebihan, dengan motto: "investasi naik, peraturan turun.”

Kontradiksi di masyarakat dan kalangan politik

Sejauh ini, Christian Mölling melihat masih ada kontradiksi di masyarakat dan kalangan politik Jerman. "Banyak orang tidak memahami, bahwa Anda tidak dapat menekan tombol, dan kemudian persenjataan serta tank-tank keesokan harinya langsung ada.” Membangun kapasitas produksi seperti itu perlu waktu lama. Hingga saat ini, kebanyakan politisi beralasan, industri persenjataan perlu kembali didorong „demi membantu Ukraina", katanya.

Padahal, produksi senjata juga dibutuhkan oleh Jerman sendiri dan negara-negara Eropa lain untuk mempertahankan diri, jika mereka diserang, dan "bukan karena Ukraina membutuhkannya, tetapi karena kami juga membutuhkannya.”

"Namun secara keseluruhan, produksi alat utama sistem pertahanan Jerman sampai saat ini belum meningkat secara signifikan", kata analis DGAP Christian Mölling menambahkan: "Saat ini kita hanya menambal kekurangan, tapi belum mulai membangun kapasitas produksi baru yang memungkinkan kita siap tepat waktu dengan pertahanan," jelasnya seraya menunjuk pada tenggat waktu lima tahun yang disebut dalam analisis pertahanannya.

Jerman dan Eropa tidak bisa menggantungkan diri lagi kepada Amerika Serikat, apalagi kalau di AS sendiri terjadi perubahan politik, misalnya Donald Trump terpilih lagi sebagai presiden. Jerman dan Eropa harus siap menghadapi situasi itu, tegasnya-

(hp/as)

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!