1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Badan Ilmiah Perubahan Iklim IPCC Desak Tindakan Konkrit

Ruby Russel
8 Oktober 2018

Badan Internasional tentang Perubahan Iklim IPCC mengatakan, dunia masih bisa bertahan di bawah 1,5 derajat pemanasan. Sedangkan pemanasan 2 derajat punya implikasi serius.

https://p.dw.com/p/369Fz
Polarexpeditionen von Acacia Johnson
Foto: Acacia Johnson

Badan PBB Panel Internasional tentang Perubahan Iklim IPCC merilis laporan terbarunya dan menggambarkan skenario kondisi Bumi jika suhu naik 1,5 derajat Celcius (1,5 ºC) dan 2 derajat Celcius (2 ºC). IPCC mendesak kalangan politisi untuk menjaga agar suhu global tidak meningkat lebih tinggi.

Perjanjian Paris 2015 tentang perubahan iklim berkomitmen menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius, sekalipun para ilmuwan mengusulkan batas 1,5 ºC. Menurut laporan IPCC yang dirilis Senin pagi (8/10), perbedaan setengah derajat Celcius itu berpotensi mencegah ratusan juta orang dari kemiskinan.

Pada pemanasan global 1,5 C, kawasan es abadi Arktik setiap 100 tahun akan mengalami musim panas sehingga semua es dapat meleleh. Pada pemanasan 2 ºC, resiko itu meningkat menjadi satu kali setiap sepuluh tahun.

Di bawah skenario 2 ºC, kenaikan permukaan laut diperkirakan 10 cm lebih tinggi daripada di bawah skenario 1,5 ºC. Perubahan iklim yang disebabkan manusia telah mengakibatkan pemanasan global sekitar 1 derajat Celcius. IPCC menekankan bahwa konsekuensi pemanasan global itu terlihat khususnya dalam bentuk cuaca ekstrem.

Belum lagi konsekuensinya untuk lingkungan hidup. Selama beberapa tahun terakhir, pemanasan global telah menghancurkan ekosistem terkaya di samudera, dengan peristiwa pemutihan di seluruh daerah tropis. Pada 1,5 ºC, laporan IPCC mengatakan dunia akan kehilangan antara 70 hingga 90 persen terumbu karangnya. Pada pemanasan 2 ºC terumbu karang hampir musnah - setidaknya 99 persen akan menghilang.

Infografik 1,5-Grad-Ziel: Wie viel CO₂ kann bis zum Jahr 2100 noch in die Atmosphäre? EN
Prediksi emisi karbondioksida sampai tahun 2100 dan alternatifnya

Saatnya beradaptasi

"Bahkan pada 1,5 ºC pemanasan global, orang-orang termiskin di Bumi Selatan akan sangat terpengaruh. Kenaikan permukaan laut dan matinya terumbu karang memiliki dampak besar pada ketahanan pangan," kata Sabine Minninger dari organisasi bantuan Jerman "Brot für die Welt" kepada DW.

Minninger telah melihat langsung dampak perubahan iklim di beberapa tempat yang paling rentan, termasuk di negara-negara kepulauan seperti Fiji dan Tuvalu, di mana masyarakat terpaksa mengambil tindakan drastis - memperkuat garis pantai, mengubah cara bercocok tanam dan bahkan merelokasi seluruh desa.

Laporan IPCC menekankan bahwa sementara pemanasan global sebesar 1,5 ºC akan tetap menimbulkan resiko besar, terutama bagi penduduk termiskin dunia, mereka masih memiliki kesempatan beradaptasi yang jauh lebih baik daripada di bawah pemanasan 2 ºC.

"Perbedaan setengah derajat ini akan membuat perbedaan besar, apakah orang dapat mempertahankan rumah mereka atau tidak. Apakah mereka kehilangan mata pencaharian, hak tanah mereka, rumah mereka, identitas mereka, budaya mereka - atau tidak," kata Minninger.

alter Wald wird gerodet
Reforestasi atau penghijauan kembali dapat membantu mengurangi emisi karbondioksidaFoto: DW/G. Rueter

Seruan untuk bertindak

Saat ini, dengan komitmen yang dibuat oleh negara-negara di bawah Perjanjian Paris, suhu global bisa meningkat sampai 3 derajat Celcius.

Laporan itu mengatakan, untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat, perlu ada pemotong emisi global sampai 45 persen pada tahun 2030 (dibandingkan dengan tingkat emisi 2010), dan emisi harus ditekan ke nol pada tahun 2050.

Para ilmuwan IPCC mendesak para penanggung jawab kebijakan untuk melakukan lebih banyak hal dalam perlindungan iklim untuk mencapai batas 1,5 ºC. "Membatasi pemanasan global menjadi 1,5 ºC akan membutuhkan perubahan yang cepat, luas dan belum pernah terjadi sebelumnya di semua aspek masyarakat," kata IPCC.

Laporan ini juga merinci perubahan yang diperlukan dalam produksi energi, penggunaan lahan, bangunan, transportasi, industri, dan kota, serta cara manusia dalam memproduksi dan mengonsumsi makanan. (hp/ts)