1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Badai Nargis Terjang Birma

4 Mei 2008

Badai tropis Nargis terjang Birma, Sabtu (03/05). Ratusan warga tewas, dan sekitar 100 ribu warga terpaksa kehilangan rumahnya.

https://p.dw.com/p/DtPc
Penduduk Yangoon bersihkan reruntuhan akibat badai NargisFoto: picture-alliance / dpa

Sebuah badai tropis menerjang Birma. Menurut keterangan resmi pemerintah, hingga kini setidaknya 351 orang tewas. Di kota Yangoon dilaporkan terdapat 19 korban tewas dan lebih dari 330 korban tewas berada di provinsi Ayeyawaddy. Di Pulau Haing Gyi saja, seperti yang dinyatakan pemerintah, terdapat 109 korban tewas. Disebutkan, di daratan bahkan lebih dari 75 persen rumah rusak berat akibat terjangan Nargis.

Menurut pernyataan seorang pejabat pemerintah, badai yang menerjang hari Sabtu lalu (03/05) itu menghancurkan sedikitnya 20 ribu rumah dan membuat hampir 100 ribu warga kehilangan tempat tinggalnya. Ribuan warga saat ini sudah dievakuasi ke tenda-tenda pengungsi. Pemerintah junta militer Myanmar menyatakan lima wilayah sebagai daerah bencana, antara lain Yangoon, Ayeyawaddy, Bago, Mon, dan Karen.

Akibat badai tropis “Nargis” tersebut, dikabarkan kota metropolitan Yangoon rusak berat. Rumah-rumah hancur atau rusak berat, pohon-pohon besar tumbang dan bahkan tercerabut hingga ke akarnya, dan tiang-tiang kabel listrik dan telepon patah.

Di pelabuhan, sejumlah kapal terdampar hingga naik ke dermaga. Sistem pengaliran air minum terputus dan aliran listrik serta telepon juga mati. Menurut Perserikatan Bangsa-bangsa, perbaikan seluruh kerusakan akan memakan waktu lama.

Badai Nargis dengan kecepatan lebih dari 200 kilometer per jam saat ini dikabarkan mengarah ke timur laut Thailand. Pemerintah Thailand saat ini tengah bersiaga dan sudah mengeluarkan peringatan bahaya di 16 provinsi. Pemerintah di Bangkok mengkhawatirkan terjadinya bencana banjir lumpur dan tanah longsor akibat badai tropis Nargis.

Pemerintah eksil Birma di Bangkok melaporkan, lahan persawahan di wilayah sungai Irrawaddy, sekitar Yangoon, dan provinsi Mond an Karen rusak berat. Sungai Irrawaddy sepanjang dua ribu kilometer merupakan jalur transportasi terpenting di Birma. Sementara wilayah delta sungai itu merupakan wilayah pertanian terpenting di negara yang dikuasai pemerintah junta militer tersebut. Pemerintah eksil Birma menyerukan warga eksil dan masyarakat internasional untuk segera memberikan bantuan kepada korban badai Nargis.

Berbagai organisasi bantuan Perserikatan Bangsa-bangsa dan Palang Merah Internasional, menurut kantor PBB di Bangkok saat ini sudah menyediakan bahan bantuan berupa makanan, pakaian dan keperluan pokok lainnya. Namun karena akses komunikasi ke wilayah bencana terputus, tampaknya saat ini masih sulit untuk mengkoordinasi pembagian bahan bantuan.

Dilaporkan juga, sejumlah jenderal pemerintah junta militer langsung mengunjungi lokasi bencana dan membagikan beras serta minyak goreng.

Birma yang memiliki nama resmi Myanmar merupakan salah satu negara paling miskin di dunia. Sebagian besar dari 52 juta penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. 30 persen anak di Birma menderita kekurangan gizi. Negara bekas jajahan Inggris ini sejak kudeta militer tahun 1962 berada di bawah pemerintahan junta militer. Sebelum dikuasai militer, Birma merupakan salah satu negara terkaya di Asia Tenggara dari hasil pertaniannya.

Hari Sabtu depan (10/05), di Birma rencananya akan digelar referendum untuk menentukan konstitusi baru. Masih belum jelas apakah akibat badai Nargis, pelaksanaan referendum akan ditunda. Referendum di Birma seharusnya menjadi langkah pertama bagi negeri itu menuju demokrasi.(ls)