1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Baader Meinhof Komplex, Masa Lalu Sebagai Film Box-Office

Holfelder, Moritz/ DW17 September 2008

Serangan bom mematikan, pembunuhan darah dingin. Di antara gambaran-gambaran itu tersisip diskusi seru tentang teroris-Fraksi Tentara Merah, RAF. Itu semua di layar putih.

https://p.dw.com/p/FKCS
Penangkapan Holger Meins dalam film "Der Baader Meinhof Komplex"Foto: picture-alliance/ dpa

Film drama politik „Baader Meinhof Komplex“ berawal dengan kerusuhan 2 Juni 1967 di Jerman. Shah Iran berkunjung ke Berlin. Demonstrasi menentang rejim teror Reza Pahlevi itu awalnya berlangsung dengan damai. Tapi dengan cepat situasi memanas. Lalu polisi Jerman dengan brutal menggunakan tongkat pemukul untuk membubarkan demonstran. Tak selang lama, seorang mahasiswa bernama Benno Ohnesorg tewas ditembak polisi.

Setengah tahun pun berlalu. Di sebuah Kongres mengenai Vietnam di Universitas Berlin, Rudi Dutschke dengan berapi-api menyampaikan pidato anti imperialisme di hadapan ribuan rekan mahasiswanya. Dua bulan kemudian Andreas Baader, Gudrun Ensslin dan sejumlah orang lainnya meledakan serangkaian bom di beberapa pusat perbelanjaan Frankfurt, sebagai protes terhadap pembunuhan massal di Vietnam.

"Cuma aksi kekerasan yang bisa merubah sesuatu. Tindakan lain pasti tak dianggap. Mereka musti mengerti bahwa kita tidak main-main."

"Tapi bagaimana kalau masih ada orang di dalam toko?"

"Sudahlah jangan kaya banci begitu, mana ada orang yang tengah malam masih di dalam toko". Begitu sebersit dialog film.

Dalam „Der Baader Meinhof Komplex“, sutradara Uli Edel sangat hati-hati dan cermat menggarap dokumentasi lahirnya terorisme Jerman di awal 70-an itu. Seperti saat penembakan Benno Ohnesorg dan penangkapan pertama Andreas Baaders, di bagian seperti itu ditampilkan dokuenntasi liputan media sebagai saksi peristiwa. Ada foto-foto lokasi kejadian, cuplikan wawancara dengan para pelaku maupun korban. Stefan Aust, penulis buku „Der Baader Meinhof Komplex“ yang menjadi acuan film itu hadir pada acara peluncuran. Ia mengatakan: „Saya kira, sebuah buku atau film yang mengangkat tema seperti ini bisa mendorong penonton untuk mengengang masa lalu. Tapi tidak lebih dari itu.“

Lalu, apakah penonton muda dan semua orang yang tidak secara langsung mengalami terorisme Jerman, bisa mengerti apa yang mencetuskan rangkaian peristiwa dalam „Baader Meinhof Komplex"? Hal ini bisa diperdebatkan.

Yang pasti di tengah-tengah film itu, romantisme seputar tokoh-tokoh Baader Meinhof terbongkar. Di antara serpihan kedok yang hancur, yang tertinggal hanya sosok-sosok brutal tak berperikemanusiaan. Serta sejumlah kalimat, seperti yang diungkapkan aktor Bruno Ganz dalam perannya sebagai Direktur Kepolisian Jerman, Horst Herold: "dilihat jangka panjangnya, tak ada gunanya menghukum orang secara berlebihan, atau juga seperti sejumlah tuntutan, mengambil nyawa orang. Karena bukan polisi, melainkan kekuasaan politik yang memiliki peluang untuk mengubah struktur lahan di mana terorisme tumbuh subur."

Kalimat Direktur Kepolisian Jerman tadi mungkin merupakan salah satu pesan film ini. Film sepanjang dua setengah jam itu meniti jejak berdarah yang ditinggalkan kelompok RAF dan memicu diskusi luas di media. (ek)