1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

071211 Assad Verantwortung

8 Desember 2011

Presiden Assad bantah bertanggung jawab atas penumpasan brutal gerakan oposisi Suriah. Dalam wawancara dengan stasiun televisi AS ABC yang disiarkan Rabu (07/12) Assad mengatakan, tidak memberi perintah untuk membunuh.

https://p.dw.com/p/13Ohy
Demonstrasi di SuriahFoto: picture-alliance/dpa

Ia tidak terlibat dalam tewasnya lebih dari 4.000 orang, demikian keterangan yang diberikan Presiden Suriah Bashar al Assad dalam wawancara pertamanya dengan televisi Barat. Mengenai gambar dan video yang sejak Maret lalu dapat dilihat seluruh dunia via internet, Assad mengatakan kepada stasiun televisi Amerika Serikat ABC, "Bagaimana Anda dapat menguji keaslian gambar-gambar ini? Karena itulah Anda melontarkan tuduhan yang salah dan membalik fakta. Kami tidak membunuh rakyat kami. Tidak ada satu pemerintah pun di dunia yang membunuh warganya kecuali jika mereka dipimpin orang gila."

Assad juga meragukan kredibilitas PBB, yang mengeluarkan data lebih 4.000 korban tewas sejak pecahnya demonstrasi di Suriah Maret lalu. 9 bulan masa perlawanan dan meningkatnya isolasi terhadap Suriah tampaknya membuat pria berusia 46 tahun itu berubah pikiran. Tapi bukan untuk bersikap melunak atau bahkan mengundurkan diri.

ABC Interview mit Baschar al-Assad 2011
Presiden Suriah Bashar al Assad berpose bersama Barbara Walters dari stasiun ABC dalam interview yang ditayangkan Rabu (07/12)Foto: dapd

Dalam wawancara dengan ABC, Assad membantah bertanggung jawab terhadap kematian ribuan korban, "Tidak, tidak ada perintah semacam itu. Tidak ada perintah untuk membunuh atau tindakan brutal."

Assad tidak memerintahkan aparat keamanan melawan oposisi. Tapi perintah yang dimaksud tampaknya kepada milisi yang ditakuti di Suriah, Shabiha. Bandit-bandit atau pelaku kriminal seperti yang disampaikan seorang pengungsi kepada radio Jerman, "Mereka selalu berpakaian hitam, ada di mana-mana, menembaki pria juga perempuan. Bagi saya Shabiha ini bukan warga Suriah, mereka datang entah dari mana."

Shabiha adalah pasukan Assad untuk tindak kekerasan yang tampaknya direstui pemerintah untuk menyebar ketakutan. Mereka menyerang jika tentara tidak mau menembaki rakyatnya sendiri. Assad mencoba membeIa, jika terjadi brutalitas itu kesalahan masing-masing..

Sekilas tampak seperti kritik terhadap diri sendiri, bila Assad mengakui, Suriah tidak pernah dinilai sebagai sebuah negara demokrasi. Ia mengupayakan reformasi, tapi itu butuh waktu. Sementara sanksi-sanksi yang diputuskan atau dikenakan oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Liga Arab tidak mengejutkannya. Selama puluhan tahun, Suriah sudah terbiasa dengan itu. Menanggapi pertanyaan apakah ia merasa bersalah dengan terjadinya pertumpahan darah, Presiden Suriah itu menjawab, "Saya sudah melakukan segalanya untuk melindungi rakyat."

Ulrich Leidholdt/Dyan Kostermans Editor: Renata Permadi