1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS Kecam Cina Atas Peretasan Microsoft Outlook

20 Juli 2021

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut Cina sebagai “ancaman besar bagi ekonomi dan keamanan nasional AS.” Empat warga negara Cina telah didakwa di AS atas kasus peretasan tersebut.

https://p.dw.com/p/3wj1i
Microsoft Outlook
Logo Microsoft OutlookFoto: Avishek Das/Zuma/imago images

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Senin (19/07) menuduh Cina "melindungi” dan mungkin "mengakomodasi” para penyerang yang menjadi dalang di balik kasus peretasan Microsoft Outlook.

Klaim dari Biden itu diikuti oleh sekutu AS, yakni Uni Eropa (UE), NATO, Inggris, Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Kanada yang masing-masing mengeluarkan pernyataan sendiri terkait serangan siber itu.

Pernyataan Biden muncul usai Departemen Kehakiman AS mendakwa tiga pejabat keamanan dan seorang peretas – semuanya warga negara Cina – atas peretasan perusahan, universitas, dan badan pemerintah baik di dalam maupun di luar AS.

Apa kata Biden?

Saat menyampaikan tuduhannya terhadap Cina, Biden turut menyinggung soal peretasan yang dilakukan Moskow ke AS.

"Pemahaman saya adalah bahwa pemerintah Cina, tidak seperti pemerintah Rusia, tidak melakukannya [peretasan] sendirian, tetapi melindungi mereka yang melakukannya, dan bahkan mengakomodasi mereka untuk dapat melakukannya,” kata Biden, Senin (19/07).

Pernyataan Biden pun dipertegas oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang menyebut Cina sebagai "ancaman besar bagi keamanan ekonomi dan nasional AS.”

Blinken mengatakan bahwa Cina telah "menumbuhkan ekosistem bagi peretas kriminal kontrak yang melakukan kegiatan yang disponsori oleh negara maupun kejahatan siber untuk keuntungan finansial mereka sendiri.”

Sementara itu, juru bicara Gedung Putih Jennifer Psaki menambahkan bahwa AS "tidak akan mengizinkan keadaan atau pertimbangan ekonomi apa pun untuk mencegah AS mengambil tindakan."

Sekutu AS turut bersuara

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan bahwa "serangan siber di Microsoft Exchange Server oleh kelompok-kelompok yang didukung Cina adalah pola perilaku yang sembrono namun familiar.”

Sementara itu, Uni Eropa mengatakan peretasan Microsoft bertentangan dengan "norma perilaku negara yang bertanggung jawab” dan meminta Beijing untuk "mengambil semua tindakan yang tepat” guna menghentikan serangan siber serupa terjadi lagi di kemudian hari.

NATO di sisi lain kurang manergetkan Cina secara langsung. Mereka hanya ingin "mengakui solidaritasnya” atas peretasan Microsoft tanpa secara langsung menyebut siapa pelakunya.

Dalam sebuah KTT pada Juni lalu, Biden sebelumnya telah meminta NATO untuk mengambil pendekatan kolaboratif yang lebih strategis terhadap negara adidaya di Timur Jauh.

Diketahui, lebih dari 30.000 kantor pemerintah AS dan perusahaan di seluruh dunia mengalami pelanggaran data antara Januari dan Maret 2021.

Apa tanggapan Cina?

Cina pada Selasa (20/07) mengkritik balik AS atas tuduhannya terkait serangan siber ke Microsoft.

"AS telah mengumpulkan sekutunya, untuk melancarkan kritik yang tidak masuk akal terhadap Cina perihal masalah keamanan siber. Ini adalah sebuah langkah yang difabrikasi dan sepenuhnya dimotivasi oleh tujuan politik,” kata juru bicara kementerian luar negeri Cina, Zhao Lijian, seperti dilansir dari AFP.

gtp/vlz (AFP, AP, Reuters)