1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikPalestina

AS: Israel Setuju Beri Jeda Perang Empat Jam Sehari di Gaza

10 November 2023

Menurut AS, Israel setuju untuk menerapkan jeda empat jam sehari dalam operasi militernya di Gaza utara. Sementara itu, jet-jet tempur, artileri, dan mortir Israel balas menyerang target Hizbullah di Lebanon.

https://p.dw.com/p/4Ye8N
Pasukan IDF
AS mengatakan bahwa 'jeda' militer ini akan memungkinkan orang untuk menyelamatkan diri dan keluar dari bahayaFoto: Israeli Defense Forces/Handout via REUTERS

Israel setuju memulai jeda empat jam setiap hari di Gaza utara untuk memberikan kesempatan kepada warga sipil menyelamatkan diri dari pertempuran di wilayah konflik, ungkap Gedung Putih.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Kirby mengatakan bahwa jeda kemanusiaan pertama telah dimulai pada hari Kamis (09/11). Israel juga telah berkomitmen untuk mengumumkan waktu jeda empat jam sehari itu setidaknya tiga jam sebelumnya.

Kirby mengatakan bahwa jeda waktu tersebut akan memungkinkan warga Gaza untuk keluar menyelamatkan diri dari bahaya dan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza. Selain itu, dia menambahkan bahwa jeda kemanusiaan ini juga dapat digunakan untuk membebaskan para sandera.

"Kami telah diberitahu oleh pihak Israel bahwa tidak akan ada operasi militer di wilayah tersebut selama jeda waktu berlaku dan proses ini dimulai hari ini," kata Kirby.

Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden telah meminta Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk menerapkan jeda waktu per hari, selama panggilan telepon mereka pada hari Senin (06/11).

Perbatasan Isarel dan Lebanon
IDF mengatakan bahwa jet-jet tempur, artileri, dan mortir Israel berhasil menyerang Hizbullah di LebanonFoto: Lisi Niesner/REUTERS

IDF menyerang target Hizbullah di Lebanon

Sementara itu, sejumlah jet tempur, artileri, dan mortir Israel justru tengah menyerang target-target Hizbullah di Lebanon, menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Dalam sebuah unggahan di media sosial, IDF mengatakan bahwa mereka melakukan serangan tersebut sebagai balasan atas serangan sebelumnya dari wilayah Lebanon.

Markas, infrastruktur, dan pos-pos pengamatan milik kelompok yang didukung Iran menjadi sasarannya.

Tidak ada reaksi balasan langsung dari Hizbullah menanggapi serangan Israel tersebut.

Pasukan Israel dan militan Hizbullah telah berulang kali melakukan baku tembak sejak serangan Hamas ke Israel dari Gaza pada tanggal 7 Oktober lalu.

Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, justru mendukung serangan Hamas terhadap Israel tersebut.

Militan Hizbullah juga telah dianggap sebagai organisasi atau kelompok teroris oleh AS, Jerman,Uni Eropa dan beberapa negara Arab.

Gerbang Brandenburg Jerman dalam peringatan Reichspogromnacht
Jerman mendapat kritikan tajam dari negara-negara muslim atas sikapnya dalam konflik di GazaFoto: Lisi Niesner/REUTERS

Jerman dikritik di Dewan HAM PBB atas sikapnya terhadap Gaza

Jerman mendapat kritikan tajam dari negara-negara muslim selama peninjauan catatan hak asasi manusianya di Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Negara-negara Arab dan muslim, termasuk Mesir, Yordania, Lebanon, Iran, Turki, Qatar, dan Libya, mengecam sikap Jerman dalam konflik antara Israel dan Hamas di Gaza.

Perwakilan Mesir, Ahmed Moharam, mengatakan bahwa Kairo "sangat menyesalkan sikap Jerman yang tidak menguntungkan terhadap hak-hak rakyat Palestina."

Ankara mendesak Berlin untuk "menghentikan penyediaan materi atau peralatan militer apa pun kepada Israel yang dapat digunakan dalam kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan."

Pernyataan-pernyataan tersebut disampaikan dalam Peninjauan Periodik Universal terhadap Jerman, yang harus dilakukan oleh 193 negara anggota PBB setiap empat tahun sekali.

Jerman menanggapi kritik tersebut dengan kembali menegaskan bahwa Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri setelah serangan mematikan Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu.

"Bagi Jerman, keamanan dan hak Israel untuk tetap berdiri tidak bisa diganggu gugat," ujar Luise Amtsberg, komisioner Jerman untuk kebijakan hak asasi manusia.

Amtsberg juga menyoroti adanya peningkatan antisemitisme, yang disebut-sebut oleh Jerman sebagai alasan untuk menindak beberapa protes pro-Palestina.

"Perlindungan terhadap nyawa orang Yahudi dan komitmen kami untuk 'tidak akan pernah lagi' merupakan hal yang tidak bisa ditawar," kata Amtsberg. "Orang-orang Yahudi tidak lagi merasa aman," katanya kepada mereka yang hadir dalam pertemuan tersebut. "Kami tidak bisa menerima hal ini."

Namun, Amstberg menambahkan bahwa "masyarakat Jerman juga sangat mengkhawatirkan warga sipil di Gaza dan wilayah Palestina."

ha/kp/hp (Reuters, AFP, AP, dpa)