1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

AS Ingin Bergabung Kembali dengan UNESCO

13 Juni 2023

Washington mengkhawatirkan, Beijing akan mengisi kevakuman yang ditinggalkannya di UNESCO. Cina sebaliknya justru menyambut keanggotaan AS, yang masih harus melalui pencoblosan untuk disetujui.

https://p.dw.com/p/4SVN1
Frankreich Gebäude in Paris Unesco droht Austritt der USA Palästinenser aufgenommen
Markas besar UNESCO di ParisFoto: picture-alliance/dpa

Rencananya, Amerika Serikat ingin kembali bergabung dengan Badan Pendidikan, Sains dan Kebudayaan PBB (UNESCO) mulai bulan Juli mendatang. Washington mengundurkan diri lima tahun silam karena menganggap UNESCO terlalu berpihak kepada Palestina.

Direktur Jendral UNESCO, Audrey Azoulay, menilai niat AS untuk kembali menjadi anggota sebagai "bukti kepercayaan besar pada UNESCO dan kepada multilateralisme,” kata dia di hadapan perwakilan UNESCO di Paris, Prancis, Senin (12/6).

Namun begitu, keanggotaan AS masih harus disetujui dalam pencoblosan yang melibatkan semua 193 negara anggota.

Sebagai salah satu pendiri UNESCO, AS mulai berseteru dengan badan PBB itu sejak 2011, ketika Palestina diterima sebagai negara anggota. Langkah itu sontak memicu penolakan dari AS dan Israel.

Palestina tidak diakui sebagai sebuah negara berdaulat oleh banyak negara Barat, termasuk AS, Inggris dan Jerman. Meski kebanyakan mendukung solusi dua negara, AS dan Eropa ingin agar kemerdekaan Palestina dicapai melalui negosiasi langsung dengan Israel.

Puncaknya pada 2017, bekas Presiden Donald Trump mencabut keanggotaan AS di UNESCO, bersama dengan Israel. 

Perihal dominasi Cina

Setelah lima tahun absen, kini lingkaran diplomat AS mengungkapkan kekhawatiran terhadap pengaruh Cina di UNESCO, terutama menyangkut isu kekinian.

Maret silam, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, mengatakan absennya AS memungkinkan Cina mendiktekan regulasi terkait kecerdasan artifisial.

"Saya sangat meyakini bahwa kita harus kembali ke UNESCO, bukan sebagai kado kepada UNESCO, tetapi karena segala sesuatu yang diputuskan di UNESCO bernilai penting,” kata dia di hadapan komite Senat.

"Mereka sedang merancang regulasi, norma dan standar untuk kecerdasan buatan. Kami ingin ikut terlibat,” imbuhnya.

Senin lalu, duta besar Cina untuk UNESCO, Jin Yang, mengatakan pihaknya mengapresiasi upaya UNESCO memulihkan keanggotaan AS. Dia mengakui adanya "dampak negatif” dari absennya Amerika Serikat.

"Status keanggotaan di sebuah organisasi internasional adalah isu serius dan kami berharap bahwa kembalinya AS kali ini akan dibarengi pengakuan kepada misi dan sasaran organisasi ini,” tutur Yang.

Ini bukan kali pertama AS meninggalkan UNESCO. Pada 1984, Presiden Ronald Reagan membatalkan keanggotaan AS, dengan dalih maraknya korupsi, malpraktik dan dominasi pengaruh Uni Sovyet.

AS baru kembali bergabung pada 2003 di bawah pemerintahan George W. Bush, demi "menekankan pentingnya kerja sama internasional,” di tengah invasi Irak.

rzn/as (afp,ap)