1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Api Obor Olimpiade di Tibet, Biksu Dilarang Keluar Biara

21 Juni 2008

Tiga bulan setelah kerusuhan di Tibet, Sabtu ini (21/06) iring-iringan api olimpiade melintasi Tibet. Pasukan keamanan dikerahkan dalam jumlah yang luar biasa.

https://p.dw.com/p/ENxh
Gonpo, pembawa obor olimpiade dari Tibet, menerima obor dari Qin Yizhi, Sekretaris Partai Komunis Cina di Tibet.
Gonpo, pembawa obor olimpiade dari Tibet, menerima obor dari Qin Yizhi, Sekretaris Partai Komunis Cina di Tibet.Foto: AP

Ketika api obor olimpiade tiba di Istana Norbulingka di ibukota Tibet, Lhasa, televisi pemerintah Cina, CCTV, menyiarkan gambar penonton yang hadir bersorak sorai dan kibaran bendera Cina.

Ini istana yang sebenarnya milik Dalai Lama. Dan pemerintah Cina bagai hendak mengolok-olok pemimpin Tibet yang kini hidup di pengasingan itu.

Sekretaris Partai Komunis Cina di Tibet melontarkan kata sambutan yang berbunga-bunga, "Kami dan gunung-gunung berselimut salju tersenyum bersama, sungai-sungai menyambut gembira. Iring-iringan api obor olimpiade berangkat dari Lhasa. Ini merupakan saat yang menegangkan.“

Kegembiraan yang dimaksudkan wakil pemerintah Cina itu susah ditemukan di lapangan. Namun saat yang disebutnya menegangkan, memang terjadi. Berkaitan dengan ketakutan rakyat di hadapan ancaman dan penjagaan ketat tentara Cina.

Reporter stasiun penyiaran Jerman ARD, Nicole Böllhof melaporkan, "Ibukota Tibet tampak bagaikan benteng. Pinggiran kota dikelilingi kawat berduri, papan berpaku atau pagar tinggi. Polisi hadir di setiap lima meter. Menurut saya, tidak mungkin orang bisa berpesta dalam keadaan seperti itu.“

Pengamanan luar biasa ketat dijalankan untuk mencegah kemungkinan adanya demonstrasi rakyat Tibet. Sejak berhari-hari warga Lhasa diperingatkan untuk tidak melakukan unjuk rasa. Tetapi dalam pengamatan wartawan Jerman Nicole Böllhof di lapangan, kekuatiran akan terjadinya demonstrasi tampak berlebihan.

“Penjagaan militer dilakukan dalam jumlah besar. Di setiap sudut terlihat enam hingga sepuluh serdadu dengan persenjataan lengkap. Sebagian besar prajurit juga membawa pentungan dan perisai. Jadi susah untuk membayangkan adanya kemungkinan demonstrasi.”

Unjuk rasa rakyat Tibet beberapa bulan lalu diberangus secara brutal dan berbuntut kerusuhan. Banyak biksu yang terlibat dalam demonstrasi . Sejak itu, biara-biara Budha di Tibet diawasi secara ketat dan semua biksu diwajibkan mengikuti penataran patriotisme Cina. Sepertinya, mengantisipasi kemungkinan para biksu berupaya mengganggu jalannya iring-iringan api obor olimpiade, biksu dilarang keluar.

"Hingga kini saya tidak melihat biksu sama sekali. Itu juga yang menjadi pertanyaan banyak jurnalis, tapi kami tidak mendapatkan jawabannya,“ ujar Bölhoff.

Hingga saat ini, masih ada larangan masuk bagi para wisatawan manca negara. Jurnalis asing pun harus mendapatkan izin masuk khusus jika ingin meliput di Tibet. Walau pun pemerintah di Beijing tidak mengizinkan adanya berita dari Tibet, mereka mengundang 31 perwakilan media internasional untuk meliput jalannya iring-iringan api obor olimpiade di Lhasa. Nicole Bölhoff menceritakan situasi di Lhasa, “Kami berusaha mewawancarai warga, tapi kemudian dicegah aparat. Kami hanya boleh berbicara dengan warga jika di dekatnya ada aparat, tentu saja untuk mencegah supaya warga tidak bercerita hal buruk.”

Sebenarnya iring-iringan api obor olimpiade di Tibet dijadualkan berlangsung tiga hari dan tidak singgah di ibukota Lhasa. Namun jadwalnya diperpendek. Api obor olimpiade diarak dalam waktu tiga jam saja di Lhasa dan itu pun dengan pengawalan ketat. Juga cibiran masyarakat internasional. (ls)