1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikRusia

Apa yang Dirayakan Rusia dalam Parade Kemenangan?

9 Mei 2022

Perayaan Hari Kemenangan atas Nazi Jerman tahun ini didominasi perang di Ukraina. Ketika Rusia menggiatkan mesin propaganda, Eropa dan AS menunjukkan solidaritas dengan menambah daftar sanksi terhadap Moskow.

https://p.dw.com/p/4B0dP
Parade Hari Kemenangan di Moskow, Senin (9/5)
Parade Hari Kemenangan di Moskow, Senin (9/5)Foto: Ramil Sitdikov/SNA/IMAGO

Iring-iringan serdadu dan senjata berat melintasi Lapangan Merah pada Senin (9/5), ketika Rusia merayakan Hari Kemenangan, atas Nazi Jerman, pada 1945. Bumi ikut bergetar, ketika tank tempur, kendaraan lapis baja dan truk-truk yang membopong peluru kendali antarbenua, merayap pelan di jantung kota Moskow itu.

Biasanya, parade Hari Kemenangan menjadi kesempatan bagi keluarga untuk memajang foto anggotanya yang meninggal dunia di medan Perang Dunia II. Namun kali ini, seorang pejabat Rusia mengusulkan agar pengunjung parade membawa foto serdadu yang sedang berperang di Ukraina.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, sempat mewanti-wanti peringatan tersebut akan didahului eskalasi serangan oleh Rusia yang butuh mengumumkan kemenangan setelah 11 pekan menginvasi Ukraina. 

Presiden Vladimir Putin di perayaan Hari Kemenangan di Moskow
Presiden Vladimir Putin tiba di Lapangan Merah, Moskow, Senin (9/5)Foto: Kirill Kudryavtsev/AFP/Getty Images

"Mereka tidak punya apapun untuk dirayakan,” kata Linda Thomas-Greenfield, Duta Besar AS untuk PBB. "Mereka gagal mengalahkan Ukraina. Mereka gagal membelah dunia atau memecah NATO. Dan mereka hanya berhasil mengisolasi diri,” imbuhnya dalam wawancara dengan stasiun televisi, CNN.

Sejumlah pengamat mengkhawatirkan perayaan Hari Kemenangan akan digunakan Presiden Vladimir Putin untuk mendeklarasikan "operasi khusus” di Ukraina sebagai perang terbuka. Dampaknya, jutaan warga akan dikenakan wajib militer dan berpeluang dikirimkan untuk berperang di Ukraina.

Perlawanan terakhir di Azovstal

Pertempuran masih berkecamuk di berbagai kota di timur Ukraina. Tapi pengepungan Mariupol merupakan harapan terbesar bagi Rusia untuk membukukan keberhasilan di Hari Kemenangan, Senin (9/5).

"Kami mengalami pengeboman tanpa henti,” kata Kapten Sviatoslav Palamar, Wakil Komandan Resimen Azov. 

Rusia sejauh ini telah menguasai pusat kota, ketika pasukan Ukraina masih bercokol di kompleks industri, Azovstal. Pabrik logam seluas seribu hektar itu adalah satu-satunya kawasan di Mariupol yang masih bebas.

Serangan Rusia dikabarkan meningkat sepanjang akhir pekan. Namun, serdadu Ukraina mengaku bakal bertempur hingga penghabisan.

"Menyerah buat kami adalah sesuatu yang tidak bisa diterima,” kata Letnan Illya Samoilenko, anggota resimen Azov. "Kami tidak bisa memberikan kepada musuh hadiah semacam itu,” imbuhnya.

Rusia sebaliknya mendapat hadiah sanksi berupa embargo minyak dan gas oleh negara-negara G7, yakni Kanada, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Jepang dan Amerika Serikat.

Selain itu, AS juga memberikan sanksi terhadap tiga stasiun televisi pemerintah, mengharamkan perusahaan jasa akuntansi dan konsultasi bisnis beroperasi di Rusia, serta melarang penjualan produk kayu, mesin industri, pemanas dan alat berat kepada Rusia.

rzn/vlz (ap,rtr)