1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Fakta Dibalik Tuduhan Peretasan Bos Amazon oleh MbS

23 Januari 2020

Berita peretasan telepon seluler bos Amazon Jeff Bezos oleh Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman masih marak. Tapi apakah benar ada fakta-fakta yang mendukung tuduhan itu?

https://p.dw.com/p/3WhSf
Bildkombo Jeff Bezos Mohammed bin Salman

Jeff Bezos, pendiri Amazon dan pemilik surat kabar bergengsi Washington Post, memang bukan sosok sembarangan. Karena itu, berita bahwa telepon selulernya diretas kontan saja merebut perhatian. Apalagi, yang dituduh melakukan peretasan bukan sosok sembarangan: Pangeran mahkota Arab Saudi yang kontroversial: Mohammed bin Salman, yang juga dikenal dengan inisialnya, MbS.

Awalnya, pakar hak asasi manusia yang bekerja untuk PBB, Agnes Callamard dan David Kaye, meminta AS menyelidiki dugaan peretasan terhadap telepon seluler Jeff Bezos. Pendiri Amazon itu sendiri juga pernah menyatakan hal serupa.

Menurut laporan media, penasihat keamanan pribadi Jeff Bezos pada Februari 2019 telah dihubungi pejabat intelijen yang tidak disebutkan namanya, dengan saran agar ponsel Jeff bezos diperiksa karena ada dugaan peretasan. Tak lama kemudian, Jeff Bezos sendiri maju ke publik dan mengatakan bahwa tabloid National Enquirer telah mengancam akan mempublikasikan pesan-pesan pribadi dan fotonya.

Perusahaan cybersecurity FTI Consulting, dijalankan oleh mantan pejabat cybersecurity di Dewan Keamanan Nasional AS, Anthony Ferrante, menyatakan bahwa memang ada bukti ponsel Jeff Bezos terinfeksi oleh spyware pada Mei 2018 melalui pesan WhatsApp. Pesan itu datang dari dari akun Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman. Pesan itu termasuk file video, yang kata FTI Consulting kemungkinan mengandung malware.

Kronprinz von Saudi-Arabien Mohammad bin Salman
Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman yang dikaitkan dengan pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal KhashoggiFoto: imago images/Future Image

Kritik terhadap FTI Consulting

Tapi beberapa peneliti keamanan kemudian menyoroti beberapa masalah dengan laporan forensik yang dilakukan oleh FTI Consulting. Misalnya, laporan FTI bulan November lalu malah mengatakan para peneliti tidak menemukan malware, juga tidak ada bukti kuat bahwa ponsel Bezos secara diam-diam berkomunikasi dengan server-server yang dikendalikan spyware.

Penelitian lebih lanjut terhadap data-data di ponsel, terutama yang berkaitan dengan file root system, saat ini masih berlanjut. Pakar keamanan iPhone Will Strafach mengatakan, para penyelidik FTI belum bisa melakukan ujian forensik menyeluruh, sebelum meneliti sistem file root system.

"Saya pikir niatnya baik, tetapi rinciannya benar-benar penting, dan laporan (yang disampaikan pada) publik masih belum menunjukkan bukti apa-apa yang kuat," katanya.

Di lain pihak, Will Strafach mengatakan bahwa peretas canggih bisa menanam malware yang menghapus dirinya sendiri, setelah secara diam-diam mengirim data sensitif ke server kendalinya. "Dia bisa mengambil semua yang diinginkan dan menghapus dirinya sendiri sehingga tidak ada jejak, tidak ada bukti," katanya. "Siapa pun yang mengerti pekerjaannya, akan menutupi jejak mereka."

Pakar keamanan lain mempertanyakan mengapa tim forensik FTI belum bisa menunjukkan atau mendeskripsikan perangkat lunak apa yang digunakan untuk mengirim malware bersama file video.

Kantor berita AP mengatakan, hingga saat ini FTI tidak menanggapi email dan pesan teks yang mereka kirim untuk meminta komentar.

Gunakan piranti lunak buatan Israel?

Spyware yang canggih - seperti paket yang disebut Pegasus BUATAN perusahaan peretas Israel NSO Group, memang dirancang untuk lolos dari deteksi dan menggelapkan kegiatannya. Arab Saudi diberitakan telah menggunakan Pegasus untuk melawan para pembangkang rezim dan aktivis hak asasi manusia dalam beberapa minggu setelah dugaan peretasan Bezos.

Namun hari Rabu (22/1), perusahaan NSO group secara tegas membantah bahwa teknologinya digunakan dalam peretasan ponsel Jeff Bezos.

Lalu apa kaitannya dengan pakar HAM yang bekerja untuk PBB? Agnes Callamard berfokus pada pembunuhan ilegal dan turut menyelidiki peran pemerintah Saudi dalam pembunuhan wartawan dan kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi, Oktober 2018. Yang lainnya, David Kaye, bertugas di bidang kebebasan berekspresi. Dia sedang fokus pada meningkatnya penggunaan spyware untuk memantau dan mengintimidasi para pembela HAM dan jurnalis. Keduanya adalah pakar independen untuk isu hak asasi manusia, dan bukan karyawan tetap PBB.

Kalau benar Jeff Bezos menjadi sasaran peretasan MbS, tampaknya dia bukan satu-satunya. Pangeran Mohammed bin Salman sering melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh politik dan selebriti, juga bintang olahraga.

Bahkan menantu Donald Trump, Jared Kushner, suami Ivanka Trump, juga berkomunikasi dengan MbS melalui WhatsApp, kata sumber di kalangan keamanan AS yang tidak mau disebut namanya.

hp/vlz (ap, rtr, afp)