1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Antisipasi atau Politisasi Badai Irene ?

29 Agustus 2011

Persiapan Amerika Serikat dalam menghadapi badai Irene serta situasi di Libya yang masih bergejolak menjadi sorotan media cetak internasional.

https://p.dw.com/p/12PZ3
Screenshot situs internet kantor walikota New York di TwitterFoto: Twitter.de

Harian Italia La Repubblica menyoroti persiapan Amerika Serikat mengantisipasi Badai Irene

“Waktunya yang dekat dengan peringatan 10 tahun serangan teror 11 September dan kenyataan bahwa stasiun televisi terbesar Amerika bermarkas di New York, ikut berpengaruh terhadap countdown hurricane yang demikian bombastis. Yang kemudian disusul kontroversi politik. Apakah benar itu investasi guna mengantisipasi terjadinya bencana alam, atau itu hanya bentuk lain dari nasionalisasi ekonomi yang diinginkan Presiden Barack Obama? Hal itulah yang dilihat Ron Paul, kandidat dari Partai Republik untuk jabatan presiden. Paling tidak mitos Irene sudah menjadi bahan perdebatan politik. Jika tindakan antisipasi Barack Obama dianggp  perencanaan berlebihan, apakah evakuasi massal 370 ribu warga New York suatu aksi berlebihan dari Wailkota Michael Bloomberg?

Badai Irene juga menjadi sorotan harian Ceko Lidove Noviny

“Topan seperti yang biasanya terjadi di selatan Amerika Serikat, mencapai garis lintang 40 derajat. Topan di New York kini seolah menjadi area proyeksi di mana masing-masing dapat menilainya secara umum. Sejumlah ilmuwan mengatakan bahwa intensitas angin topan itu mencerminkan perubahan iklim. Yang lainnya percaya bahwa itu hanya berlaku untuk dekade terakhir, tapi bukan fenomena jangka panjang. Jika kota-kota terbesar Amerika dalam satu pekan mengalami gempa bumi dan badai, orang mudah mendapat kesan di sini sutradara Roland Emmerich sedang beraksi. Sutradara spesialis film bencana kolosal asal Eropa itu mengajarkan kondisi siaga luar biasa kepada Amerika, yang bukan didukung cara berpikir rasional melainkan berdasarkan emosi. Perubahan iklim harusnya menjadi tema rasional bagi para ilmuwan dan bukan orang-orang seperti Emmerich.”

Situasi di Libya menjadi sorotan harian Jerman Frankfurter Allgemeine

„Lawan Gaddafi ingin memenangkan perang dengan memberi warga Libya minum, makan dan bahan bakar. Itu tugas raksasa. Tapi dalam penyerangan ke ibukota dengan semangat berapi-api menyatakan sudah dekatnya sasaran perang, yakni menarik Gaddafi hidup atau mati dari jalur terowongan tripolitania tampaknya kini bagi banyak pihak revolusioner sasaran itu semakin jauh, dibanding Libya yang bebas dan makmur. Tapi baik pemerintah transisi maupun diplomasi internasional tidak lagi dapat menunggu sampai terbentuknya struktur kekuasaan yang jelas. Kebanyakan pemerintahan menyadari bahwa pengadaan barang membutuhkan keamanan, dimana untuk itu juga diperlukan polisi luar negeri.“

Mengenai situasi di Libya harian Perancis La Croix menulis

“Situasi baru di Libya tentunya isyarat bagi pemerintahan yang masih mempertahankan kekuasaan, tapi itu tidak akan cukup memberi semangat baru bagi rakyat di negara-negara tetangganya. Di satu sisi karena situasi itu hanya dimungkinkan dengan intervensi dari luar, dan sudah jelas NATO tidak akan mudah begitu saja untuk melakukan serangan di negara lainnya. Di sisi lain karena terlalu banyak keraguan akan kemampuan dewan transisi Libya untuk mengatasi perpecahan, guna mengorganisir masa depan demokrasi yang sebenarnya.”

Dyan Kostermans/dpa/AFP

Editor: Hendra Pasuhuk