1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Angela Merkel dan Koalisi Besar

11 Oktober 2005

Kompromi yang tercapai, antara partai Kristen Demokrat CDU dengan partai Sosial Demokrat SPD, untuk memberikan jabatan kanselir Jerman kepada ketua CDU Angela Merkel menjadi sorotan utama harian-harian internasional.

https://p.dw.com/p/CPMd
Foto: dpa

Merkel, yang kini ibaratnya sandera SPD, diragukan mampu melakukan tugasnya dengan baik. Juga diragukan, reformasi di Jerman akan berjalan secara mulus. Harian Perancis Le Figaro yang terbit di Paris menulis komentar, apakah Merkel akan tetap menjadi sandera Schröder?

"Memang tidak terdapat jawaban yang jelas. Akan tetapi sinyal yang dilontarkan Gerhard Schröder amat mencemaskan. Permainan pemerasan yang dilakukannya, membuahkan hasil berupa sejumlah posisi menteri yang menentukan bagi SPD. Namun sebetulnya terdapat kesamaan pandangan, yang dapat dijadikan basis kesepakatan reformasi. Diperlukan desakan, bagi terjadinya dinamika postiv dalam waktu cepat, yang mengalahkan persaingan intern dalam pemerintahan baru. Dimana dengan itu, Jerman akan memperoleh kembali peranannya di jantung benua Eropa."

Harian Inggris The Guardian yang terbit di London menulis, harapan bagi reformasi di Jerman amat buruk.

"Terpecahnya para pemilih di Jerman, menghasilkan sebuah pemerintahan yang terpecah pula. Pemerintahan semacam itu akan sangat sulit melakukan banyak perubahan. Karena itu Eropa tidak boleh mengharap banyak dari Jerman. Yang terbaik yang masih dapat diharapkan adalah terjadinya kejutan dimana ramalan mereka yang pesimis nanti terbukti keliru."

Harian Rusia Kommersant yang terbit di Moskow berkomentar, ternyata Schröder membantu Merkel untuk menjadi kanselir.

"Merkel akhirnya dapat membela diri dari ancaman yang datang dari partainya sendiri. Paradoksnya, yang menolong untuk memadamkan kritik kepada Merkel adalah saingannya yang paling kuat, Gerhard Schröder. Yakni, dengan sikap Schröder yang kaku, yang menolak Merkel menjadi kanselir serta mengajukan dirinya sendiri sebagai calon kanselir yang paling layak. Dengan serangannya terhadap pimpinan CDU/CSU, Schröder memberikan kontribusi terbesar bagi kesatuan sikap partai konservatif tersebut. Mereka akhirnya sadar, harus lebih terfokus untuk memikirkan siapa pimpinan negara, ketimbang hanya cakar-cakaran di dalam partai."

Harian Spanyol El Pais yang terbit di Madrid menulis, Merkel sekarang harus membuktikan kemampuannya yang selama ini belum diketahui.

"Hasil pemilu menunjukan, warga Jerman dapat menerima reformasi ekonomi dan sosial. Akan tetapi sebaiknya reformasi tersebut jangan terlalu drastis. Hal ini harus diperhatikan oleh Angela Merkel. Sebab negara Eropa lainnya terutama mengharapkan bahwa Jerman akan kembali menjadi lokomotiv konjungktur. Mempertahankan koalisi besar selama empat tahun merupakan tantangan besar, dimana Merkel harus memperlihatkan kemampuannya yang selama ini belum diketahui."

Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma berkomentar, Angela Merkel menang dengan pengorbanan besar.

"Merkel memang akan menjadi kanselir. Akan tetapi dengan pengorbanan besar. Sebab pemerintahannya akan diisi menteri-menteri dari partai SPD, yang diajukan oleh Gerhard Schröder, lawan terkuatnya yang secara resmi berhasil dikalahkan, akan tetapi justru mampu mencuri kemenangan. Delapan menteri SPD dari 16 menteri dalam kabinetnya akan menyulitkan Merkel dalam melaksanakan janji-janjinya dalam kampanye pemilu."