1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ancaman Aksi Teror Al Kaida

5 Agustus 2005

Selang sebulan setelah aksi teror London, jaringan El Khaida kembali mengancam Amerika Serikat dan Inggris. Serangan berikutnya akan lebih mengerikan daripada 11 September, demikian menurut pesan video yang disiarkan stasiun televisi Al-Jazeera.

https://p.dw.com/p/CPNM
Akankah Inggris kembali menjadi sasaran teror?
Akankah Inggris kembali menjadi sasaran teror?Foto: AP Graphics

Bagaimana reaksi dunia barat terhadap ancaman aksi teror baru ini?

Harian Italia La Republicca mengomentari pesan video yang menampilkan orang nomor dua jaringan Al Kaida, Ayman Al-Zawahiri:

"Akhirnya petinggi Al-Kaida kembali muncul ke permukaan. Video terbaru Ayman Al-Zawahari memperkuat prasangka yang sudah ada, sekaligus memberi informasi baru. Dalam video tersebut tampak senjata Kalaschnikow di samping Al-Zawahiri, simbol perang bersenjata mereka yang menyebut dirinya ‚Partai Allah’. Al-Zawahiri mengenakan turban hitam dan jubah putih, kombinasi warna yang unik. Adakah kode tersembunyi di baliknya, atau ia hanya mengikuti tradisi pakaian yang berlaku di daerah tempat ia berada saat ini? Yang jelas video tersebut menonjolkan satu fakta: Bin Laden dan Al-Zawahari memang menempuh jalan masing-masing. Al Zawahari menjabat panglima perang dan pemimpin politis organisasi Al Kaida. Sementara Bin Laden adalah pemimpin spiritual kelompok ini.“

Dalam pesan video Al Kaida, Al-Zawahiri menyudutkan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Ia mengatakan, politik luar negeri Inggris adalah penyebab serangan bom London yang menewaskan 50 orang lebih itu. Harian Inggris berhaluan kiri The Guardian berkomentar:

"Al Kaida seolah ingin mengambil alih tanggung jawab atas aksi teror 7 Juli di London. Padahal, kemungkinan besar mereka tidak terlibat langsung dalam serangan bom itu. Penyelidikan tetap berlanjut di London dan sampai saat ini belum ada bukti bom London didalangi pihak luar. Para pakar anti-teror berpendapat, sebelum 11 September ada hierarki jelas dalam badan Al Kaida. Setelah perang Afganistan hampir tidak ada yang tersisa dari strukur organisasi tersebut. Tetapi pesan video tersebut memperdalam dugaan, bahwa perang di Irak semakin menyulut kebencian umat muslim terhadap politik yang dijalankan dunia barat di Timur Tengah.“

Harian Jerman Mannheimer Morgen berkomentar:

"Permainan ganda yang sangat sempurna. Pelaku fanatis bermotivasi politik dan keagamaan menjalankan aksi teror di seluruh dunia. Sementara para dalang di balik layar seperti wakil Al-Kaida Al-Zawahiri, menjalankan aksi propaganda yang tak kalah berbahaya. Walau ancaman dalam video pesan tersebut terbukti ancaman kosong, efek yang dihasilkan tetap sama. Warga dunia barat merasa tidak aman dan hidup dalam ketakutan, sementara pemerintah memperketat pengawasan dan melipatgandakan upaya anti-teror. Dan organisasi Al Kaida? Legitimasi mereka muncul dari keberhasilan teror yang menjanjikan kekuasaan. Dan tampaknya strategi yang mereka gunakan cukup berhasil.“

Sementara harian Perancis Libération mengeritik rencana pemerintah Inggris meningkatkan pengawasan kamera video di tempat-tempat umum:

"Di masa depan mata elektronik pemerintah akan menyoroti hidup warganya dari kelahiran sampai kematiannya. Instalasi kamera pengawas di tempat umum akan dipercepat, mengingat keberhasilan Inggris mengidentifikasi pelaku bom London melalui video kamera pengawas. Di masa depan, setiap warga London akan muncul 300 kali dalam sehari pada layar kamera pengawas. Dengan kemajuan teknologi sekarang, bayangkan apa yang akan terjadi sepuluh tahun lagi? Sekarang sudah ada kemungkinan menyimpan semua video dari kamera pengawas, kapan dan di mana pun juga. Sayangnya, hak asasi dan privasi warga negara terbengkalai sama sekali.”

Lalu bagaimana sikap Amerika Serikat menghadapi ancaman langsung organisasi Al Kaida? Harian Jerman Süddeutsche Zeitung berkomentar:

"Muncul spekulasi, bahwa sikap Amerika telah melunak dalam usaha memerangi jaringan teror global. Petinggi Amerika mulai menggunakan istilah ‚usaha bersama dalam memerangi pelaku kekerasan ekstremis’ dan bukan lagi ‚perang anti-teror’. Tetapi Bush tetap menunjukan haluan keras. Dalam sambutannya di Grapevine, Bush mengatakan: 'Anda jangan salah sangka, kita tengah berperang melawan musuh, yang mengadakan serangan terbuka pada negara ini 11 September lalu.' Kata-kata yang tajam, Bush menunjukkan kontinuitas dalam politik anti terornya.“