1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Amnesty International Minta Alexei Navalny Dibebaskan

Kate Martyr
8 April 2021

Amnesty International mengatakan mengetahui kondisi buruk tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny di penjara dan meminta segera dibebaskan. Kemenlu Jerman juga menyerukan hal serupa dan menyebut penahanan 'melanggar hukum'.

https://p.dw.com/p/3riDx
Penjara di kota Potrov tempat Navalny ditahan
Penjagaan ketat di penjara di kota Potrov tempat Navalny ditahanFoto: Evgeny Odinokov/Sputnik/picture alliance

Pimpinan Amnesty International menyerukan pembebasan tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny yang sedang dipenjara.

"Dia harus segera dibebaskan, dia perlu dilindungi dari penyiksaan, dan dia perlu menerima perawatan medis," kata Agnes Callamard, sekretaris jenderal Amnesty International, kepada DW pada Rabu (7/4).

Sementara, Kementerian Luar Negeri Jerman juga menyerukan pembebasan Navalny dari penahanan yang dianggap "melanggar hukum".

Mengapa Navalny dipenjara?

Navalny, seorang kritikus terkemuka Presiden Vladimir Putin, sedang menjalani hukuman dua setengah tahun penjara karena divonis melanggar syarat masa percobaannya atas tuduhan kasus penipuan tahun 2014.

Dia ditahan pada Januari 2021 setibanya di Rusia dari Berlin. Di Berlin, Navalny menjalani perawatan setelah diduga diracun dengan agen saraf Novichok yang dikembangkan Soviet.

Selain tentang Navalny, Callamard juga membahas dampak pandemi virus corona terhadap ketidaksetaraan dan kasus pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi.

Sonderberichterstatterin UN Agnès Callamard
Agnès Callamard berbicara kepada DW setelah Amnesty International merilis laporan tahunan hak asasi manusia pada Rabu (7/4)Foto: Elif Ozturk/AA/picture alliance

Pencabutan status 'tahanan hati nurani' akan ditinjau?

"Kami tahu bahwa dia [Navalny] menghadapi kondisi di penjara yang menyiksa, termasuk kurang tidur," kata Callamard kepada DW.

Kepala organisasi nirlaba yang bermarkas di Inggris itu tahu bahwa Navalny tidak mendapatkan perawatan khusus yang dia butuhkan setelah selamat dari keracunan Novichok. Navalny pada pekan ini mengeluhkan hanya diberi obat penghilang rasa sakit untuk mengobati sakit punggung yang parah dan mati rasa di kakinya.

"Kami tahu dia ditahan secara sewenang-wenang karena posisi yang dia dukung dan karena dia adalah kritikus vokal Presiden Putin," tambah Callamard. 

Pada Februari, Amnesty International mencabut status Navalny sebagai "tahanan hati nurani" sehubungan dengan komentarnya di masa lalu yang mirip dengan pidato kebencian. Keputusan pencabutan status itu dibuat sebelum Callamard diangkat menjadi sekjen Amnesty International.

Pendukung Navalny menuduh Amnesty telah menyerah pada tekanan, setelah pengguna media sosial Rusia membanjiri akun LSM tersebut dengan contoh-contoh komentar media sosial masa lalu dari Navalny yang dianggap tidak sensitif atau tidak menyenangkan.

Amnesty International akan meninjau pencabutan status ‘‘tahanan hati nurani‘‘ terhadap Navalny.

Keputusan saat ini "sedang ditinjau," dengan "hasil dari proses itu akan diumumkan setelah selesai, dalam waktu dekat," kata Callamard kepada DW.

Menurut situs web Amnesty, tahanan hati nurani adalah seseorang yang tidak pernah menggunakan atau menganjurkan kekerasan tetapi dipenjara karena siapa mereka. 

Kementerian Luar Negeri Jerman minta pembebasan Navalny

Kementerian Luar Negeri Jerman pada Rabu (7/4) mengeluarkan pernyataan serupa dengan Callamard yang meminta Navalny dibebaskan. "Navanly sekarang ditahan di kamp penjara secara tidak sah dan bertentangan dengan keputusan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa [ECHR]," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri.

"Harapan kami yang sangat jelas adalah Navalny dibebaskan," tambah juru bicara itu.

ECHR menyebutnya penahanan Navalny "sewenang-wenang dan sangat tidak masuk akal."

Berlin sebelumnya telah meminta Rusia untuk membebaskan Navalny.

Kritik respons global terhadap kasus pembunuhan Kashoggi

Callamard juga mengkritik kegagalan global untuk bertindak atas kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Wartawan Saudi dan kolumnis ternama Washington Post itu tewas di dalam konsulat Saudi di kota terbesar Turki pada 2018.

"Sayangnya [AS] tidak menindaklanjuti temuan mereka bahwa Arab Saudi dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman terlibat dalam pembunuhan Khashoggi,’’ ujar Callamard yang sebelumnya bekerja sebagai pelapor khusus PBB untuk pembunuhan di luar hukum, kepada DW.

Dia menambahkan bahwa kegagalan AS untuk bertindak kemungkinan besar karena alasan hukum dan geo-strategis.

Dia juga menekankan kepada Uni Eropa karena gagal mengambil tindakan terhadap pangeran Bin Salman, seraya menambahkan: "Faktanya, Arab Saudi adalah mitra pilihan bagi banyak negara di seluruh dunia."

Namun, putra mahkota Saudi tetap dapat menghadapi kesulitan akibat dari kasus tersebut.

"Ada banyak negara di dunia di mana dia [Bin Salman] tidak dapat berkunjung karena dia bisa segera dituntut… termasuk di Jerman di mana Reporters Without Borders telah mengajukan pengaduan kejahatan terhadap kemanusiaan," katanya.

Reporters Without Borders (RSF) mengajukan keluhan lebih dari 300 halaman terhadap beberapa pejabat tinggi pemerintah Saudi dan Bin Salman ke Kantor Kejaksaan Federal Jerman pada Maret.

(pkp/as)