1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perempuan Afro-Jerman Pertama Menjabat Wakil Perdana Menteri

Cristina Krippahl | Arnd Riekmann
28 Juni 2024

Aminata Touré adalah perempuan Afro-Jerman pertama yang menjadi menteri di usia 29, dan wakil perdana menteri saat 31 tahun. Ia kini menjabat sebagai orang nomor dua di negara bagian Schleswig-Holstein.

https://p.dw.com/p/4hck3
Aminata Touré
Aminata TouréFoto: Frank Molter/dpa/picture alliance

Karir Aminata Touré (Partai Hijau) terus meningkat tajam. Dua tahun lalu ia menjadi Menteri Sosial, Pemuda, Keluarga, Warga Lanjut Usia, Integrasi dan Kesetaraan di Schleswig-Holstein. Ia pun menjadi menteri negara Afro-Jerman pertama di Jerman. Sekarang dia menjadi wakil Perdana menteri di negara bagian Schleswig Holstein.

Kapan pun Perdana MenteriSchleswig Holstein Daniel Günther (CDU) berhalangan hadir, Touré akan mengambil alih urusan pemerintahan, seperti memimpin rapat kabinet di ibu kota negara bagian Kiel.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Touré mengatakan pada konferensi pers partainya pada hari Selasa (25/06) bahwa dia sangat menantikan tanggung jawab pada posisi ini. Menurutnya, negara bagian Schleswig-Holstein sedang menghadapi tantangan.

"Saya pikir kita berada dalam masa yang penuh gejolak," kata perempuan berusia 31 tahun dengan aksen Jerman Utara yang khas. Menurut Touré, masyarakat punya hak untuk mendapatkan pemerintahan yang baik.

Perempuan politisi dengan target tinggi

Ketika menjabat sebagai menteri urusan keluarga dan sosial negara bagian, Touré mengatakan ingin bekerja untuk lebih banyak kesetaraan dan melawan radikalisme sayap kanan. Kedua isu tersebut penting baginya sejak pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen negara bagian pada tahun 2017.

Jabatan Wakil Perdana Menteri merupakan puncak karir yang luar biasa sejauh ini. Pada tahun 2019, Touré terpilih sebagai Wakil Presiden Parlemen Negara Bagian, juga sebagai warga negara Afro-Jerman pertama dan termuda. 

Touré dengan Perdana Menteri Daniel Günther pada bulan Mei 2024
Touré dengan Perdana Menteri Daniel Günther pada bulan Mei 2024Foto: Frank Molter/dpa/picture alliance

Touré lahir pada tahun 1992 di Neumünster di Schleswig-Holstein. Orang tuanya menetap di sana setelah meninggalkan Mali. Ia menghabiskan lima tahun pertama hidupnya di sebuah akomodasi bersama. Touré baru menjadi warga negara Jerman saat berusia 12 tahun.

Berasal dari Afrika, berkampung halaman di Jerman

Touré menggambarkan diri sebagai Afro-Jerman. Akarnya ada di Afrika, tapi Jerman adalah kampung halamannya. "Saya selalu memiliki dua dunia dalam diri saya, tetapi pada titik tertentu saya tidak ingin harus selalu memilih negara. Itu sebabnya saya menggunakan istilah yang diciptakan oleh gerakan feminis perempuan kulit hitam di Jerman: Afro-Jerman."

Ketakutan keluarganya akan deportasi merupakan alasan penting baginya untuk aktif di bidang politik. Pada tahun 2012 ia bergabung dengan Partai Hijau dan mulai mempelajari ilmu politik serta bahasa Prancis.

Touré mengampanyekan integrasi pengungsi yang lebih baik dan lebih cepat selama bertahun-tahun. Kampanye ini memang memberinya banyak dukungan, tetapi mendatangkan banyak musuh dan ancaman secara anonim. 

Keinginannya untuk sukses adalah buah dari didikan orang tuanya yang selalu mengatakan kepadanya bahwa sebagai minoritas ia harus memberi 200 persen ketika orang lain memberi 100.

Pengalamannya juga memperkuat keyakinannya bahwa politik Jerman perlu menjadi lebih beragam. "Dalam politik, mayoritas laki-laki, mayoritas berkulit putih, mayoritas bersekolah, biasanya sudah tua. Tapi masyarakat kita jauh lebih beragam dan apa yang kita alami sebagai masyarakat mempengaruhi keputusan yang kita ambil," suatu saat. kata DW.

Oleh karena itu, Touré pun berharap dapat menjadi teladan bagi masyarakat etnis minoritas lainnya. "Akan lebih mudah bagi banyak orang untuk terjun ke dunia politik jika ada orang yang pernah terjun ke dunia politik sebelum mereka. Saya tidak ingin perempuan kulit hitam yang terjun ke dunia politik menjadi hal yang langka. Saya ingin hal tersebut menjadi hal yang normal." (ae/hp)

Hugo Flotat-Talon berkontribusi dalam artikel ini.