1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Al Qaida Bukan Aktor Tunggal

11 September 2008

Sejumlah intelektual Arab meragukan bahwa Al Qaida adalah dalang tunggal peristiwa teror 11 September 2001. Tujuh tahun setelah serangan, Amerika Serikat memberikan alasan bagi pemuda Islam untuk mendukung Al Qaida

https://p.dw.com/p/FG67
Pemimpin Al Qaida Osama bin LadenFoto: AP Graphics

Setiap tahun tepat pada 11 September, pemimpin Al Qaida menyampaikan pesannya melalui rekaman video. Seperti biasa, ia memuji dirinya sendiri dan mengancam Barat. Sejak tujuh tahun terakhir, selalu saja ada kelompok media yang bersedia menyiarkannya.

Media merupakan bagian penting dari strategi perang, begitu menurut Dia Rashwan dari Pusat Studi Politik Al-Ahram di Kairo. Ia mengatakan: "Media memainkan peranan penting dalam perang modern. Terutama dalam perang melawan teror. Ini berlaku bagi semua pihak yang terlibat konflik. Baik yang menyerukan perang itu sendiri, maupun bagi yang bereaksi terhadap seruan itu. Porsi besar dari perang melawan teror, lebih berkaitan dengan media daripada dengan kenyataan. Artinya, ada dua pihak. Satu dipimpin Amerika dan yang satu mewakili Al Qaida serta semua kelompok sayapnya. Kedua pihak ini memperebutkan dukungan publik, sambil sejauh mungkin memburukkan citra lawannya".

Tujuh tahun setelah serangan New York, Al Qaida sudah semakin lemah, begitu menurut Dia Rashawan. Akibat pernyataan itu, Rashawan diancam mati oleh para pendukung situs-situs radikal. Namun seperti Rashawan, banyak ahli politik Kairo dan beberapa peneliti di Barat, yang meragukan peran Al Qaida sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas serangan 11 September. Bahkan di jalan-jalan Kairo sering terdengar ejekan, bahwa Al Qaida tak mungkin mampu melancarkan serangan seperti itu.

Bagi Rashwan yang menarik adalah satu pertanyaan lain. Kenapa Amerika Serikat tidak meluncurkan proses hukum, padahal serangan 11 September jelas merupakan kasus pembunuhan. Kembali Rashwan: “Saya meragukan penggambaran Amerika Serikat tentang peristiwa itu, khususnya karena mereka tidak menggunakan jalur hukum semestinya, dan dengan begitu lalai menunjukan rasa hormat kepada para korban serangan itu. Pemerintah Amerika Serikat menempatkan serangan itu sebagai peristiwa politik dan mengunakannya untuk kepentingan sendiri. Padahal tokoh Al Qaida, Khaled Sheik Muhammad kini ditahan di Guantanamo. Pertanyaannya, kenapa sampai sekarang mereka tidak diproses hukum?“

Sampai kini tahanan Guantanamo dipersiapkan untuk dihadapkan ke komisi militer khusus, yang tertutup untuk publik. Hal ini membuat Dia Rashwan beranggapan, Amerika Serikat menutup-nutupi sesuatu. Menurutnya, apapun alasannya, sikap ini menguntungkan bagi Al Qaida.

Menurut Dia Rashwan, kondisi seperti itu tidak terjadi sebelum 11 September. "Al Qaida dan Osama bin Laden pasti tak membayangkan bahwa yang dikatakannya tujuh tahun lalu pada 11 September, yakni untuk siap menghadapi lawan, kini diikuti oleh begitu banyak umat Muslim muda di berbagai negara. Sebelum 11 September tak ada pendudukan asing, tapi setelah itu Amerika Serikat menduduki Afghanistan dan Irak. Bagi Al Qaida itu alasan kuat dalam membuktikan teori anti Baratnya. Dan akhirnya para pemudapun masuk organisasi itu dan kemudian menyebar ke berbagai wilayah.“ (ek)