1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aktivis Uighur Terima Penghargaan dari Parlemen Eropa

Elizabeth Schumacher | Max Zander
19 Desember 2019

Ilham Tohti menjalani hukuman seumur hidup setelah Beijing menuduhnya berusaha mempromosikan separatisme. Ribuan Muslim Uighur diperkirakan berada di kamp konsentrasi di provinsi Xinjiang, China.

https://p.dw.com/p/3V4CG
Sacharow-Preis für geistige Freiheit 2019 Ilham Tohti
Foto: Reuters/V. Kessler

Ilham Tohti, seorang akademisi dan aktivis hak-hak Uighur dianugerahi penghargaan tertinggi hak asasi manusia 'Shakarov Prize' dari Uni Eropa. Anak perempuan Tohti, Jewher Ilham, menerima penghargaan atas nama ayahnya saat ia sedang menjalani hukuman seumur hidup di penjara Tiongkok.

"Sangat disayangkan bahwa ia tidak dapat menerima penghargaan ini sendirian," kata Jewher Ilham pada upacara pemberian penghargaan.

Divonis penjara seumur hidup sejak 2014 atas tuduhan yang berkaitan dengan separatisme, Tohti bekerja tanpa lelah menyuarakan penderitaan umat Islam Uighur di Tiongkok barat ke perhatian dunia. Tahun 2006, ia mendirikan situs berita Uighur Online, yang kemudian ditutup oleh pihak berwenang Cina yang mengklaim mendukung ekstrimis. Ia pun telah banyak menulis tentang penganiayaan orang Uighur di Beijing dan upaya asimilasi paksa.

"Ayah saya tidak pernah (mengatakan) sepatah kata pun tentang memisahkan negara. Dia tidak pernah menyebutkan atau melakukan tindakan kekerasan sebelumnya. Jadi saya sangat percaya diri untuk mengatakan tuduhan dari pemerintah Cina benar-benar konyol. Ayah saya selalu percaya bahwa jika ada masalah yang harus kita perbaiki dan dia ingin memperbaiki masalahnya," kata Jewher Ilham kepada DW sebelum upacara penghargaan.

Xinjiang 'bernilai politik tinggi'

Tidak diketahui ada berapa banyak orang Uighur di kamp-kamp konsentrasi di provinsi Xinjiang, tempat sebagian besar dari mereka tinggal. Menurut laporan, siapa pun yang berbicara menentang pemerintah Cina dikirim ke "program pendidikan ulang" dan tidak diizinkan pergi sampai pihak berwenang yakin mereka tidak akan mengkritik Beijing lagi di depan umum. Para korban takut untuk berbicara karena kemungkinan pembalasan akan berdampak kepada keluarga mereka.

Anak perempuan Tohti menyarankan bahwa jika komunitas internasional ingin membantu, mereka harus: "mendidik generasi muda tentang apa yang sedang terjadi. (Mereka dapat) membantu siswa internasional Cina mendapatkan kesadaran tentang apa yang terjadi di dalam negara mereka sendiri karena banyak siswa Cina tidak memiliki pengetahuan tentang komunitas Uighur. Juga (mereka dapat menjatuhkan) sanksi pada perusahaan yang mengimpor dan mengekspor barang dari kamp-kamp konsentrasi itu. (Mereka dapat menempatkan) pembatasan visa pada pejabat pemerintah Cina. "

Hannah Neumann, politisi Partai Hijau Jerman dan anggota parlemen Uni Eropa, mengatakan kepada DW bahwaperusahaan Jerman harus menarik diri dari Xinjiang jika situasinya terus berlanjut seperti semula.

"Mereka harus membuatnya sangat, sangat, sangat jelas bahwa tidak ada bagian dari (produk) yang disentuh oleh seseorang yang berada di salah satu kamp ini," kata Neumann. "Saya berharap apa yang selama ini kami tuntut dari perusahaan Jerman, bahwa mereka selalu membela hak asasi manusia." (ha/vlz)