1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikTimur Tengah

Aksi Saling Serang Israel-Hamas Tak Kunjung Mereda

12 Mei 2021

Ketegangan antara Israel dan militan Hamas kali ini disebut-sebut menjadi yang terparah sejak 2014, dan telah memicu kekhawatiran internasional bahwa situasi dapat meningkat menjadi tidak terkendali.

https://p.dw.com/p/3tGxJ
Aksi saling serang Israel dan Hamas tak kunjung mereda
Aksi saling serang Israel dan Hamas tak kunjung meredaFoto: Majdi Fathi/NurPhoto/imago images

Aksi saling serang antara Israel dan kelompok militan Hamas terus berlanjut. Israel pada Rabu (12/05) dini hari meluncurkan serangan udara ke Jalur Gaza, sementara serangan roket dari Palestina juga menghujani Israel hampir tanpa henti.

Seperti dilaporkan Reuters, sebuah gedung bertingkat di Gaza runtuh dan satu lainnya rusak berat setelah terkena serangan udara dari Israel. Israel mengklaim bahwa target mereka adalah menyerang Hamas, termasuk pusat intelijen dan situs peluncuran roket.

Ini adalah pertempuran terparah antara keduanya sejak 2014, dan tanda-tanda konflik mereda sama sekali tidak terlihat. Konflik ini pun memicu kekhawatiran internasional bahwa situasi di Israel dan Palestina berpotensi tak terkendali.

Seperti dituliskan oleh utusan perdamaian Timur Tengah PBB Tor Wennesland di akun Twitter-nya: "Hentikan serangan segera. Pertempuran ini sudah meningkat menuju perang skala penuh. Para pemimpin di semua sisi harus bertanggung jawab melakukan deeskalasi.”

"Harga yang harus dibayar dalam perang Gaza sangat menghancurkan dan yang menanggungnya adalah warga biasa. PBB sedang bekerja dengan semua pihak untuk memulihkan ketenangan. Hentikan kekerasan sekarang,” tambahnya.

Semakin banyak korban berjatuhan

Sejauh ini lima warga Israel, termasuk tiga perempuan dan satu anak kecil dilaporkan tewas akibat tembakan roket pada Selasa (11/05) dan Rabu (12/05) dini hari. Puluhan lainnya luka-luka.

Sementara di Gaza, korban tewas bertambah menjadi 35 orang, termasuk 10 orang anak-anak, demikian menurut data Kementerian Kesehatan. Lebih dari 200 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.

Di Tepi Barat, seorang warga Palestina berusia 26 tahun juga dilaporkan tewas akibat bentrokan antara pasukan Israel yang memasuki kamp pengungsi al-Fawar di Hebron selatan, kata kementerian itu.

Kerusuhan ikut meluas di seluruh Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu (12/05) telah mengumumkan keadaan darurat di pusat kota Lod ketika polisi menuduh warga Arab melakukan "kerusuhan skala luas”.

Menurut seorang fotografer AFP, Netanyahu sendiri datang ke kota yang berada di pinggiran pusat ekonomi Tel Aviv dekat bandara Ben Gurion itu untuk meminta ketenangan.

PM Israel Benjamin Netanyahu
PM Israel Benjamin Netanyahu umumkan situasi darurat di kota Lod menyusul kerusuhan yang meluasFoto: Ahmed Gharabli/AFP

Lod adalah kota berpenduduk 77.000 orang, termasuk di dalamnya 47.000 orang Yahudi Israel dan 23.000 orang Arab Israel.

Pada Senin (10/05), bentrokan sempat terjadi di lokasi tersebut, demikian kata polisi setempat mengonfirmasi kepada AFP. Namun, ketika aksi unjuk rasa di seluruh Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan di kota-kota Arab Israel meningkat pada Selasa (10/05) malam, situasi di Lod juga ikut memburuk, kata polisi.

"Kerusuhan skala luas dilakukan oleh beberapa warga Arab dan telah membahayakan komunitas,” kata polisi dalam sebuah pernyataan. "Kendaraan dibakar dan banyak properti rusak”.

Dewan Kemanan PBB gelar pertemuan darurat

Dewan Kemanan PBB akan mengadakan pertemuan darurat pada Rabu (12/05) untuk membahas kerusuhan mematikan antara Israel dan Palestina. Ini merupakan sesi kedua dalam tiga hari, kata seorang sumber diplomatik seperti dilaporkan kantor berita AFP, Selasa (11/05).

Pertemuan tertutup itu digelar atas permintaan Tunisia, Norwegia dan Cina. Sesi pertama yang diadakan pada Senin (10/05) sebelumnya berakhir tanpa adanya pernyataan bersama.

Amerika Serikat (AS) menyatakan keengganan untuk mengadopsi rancangan pernyataan yang diusulkan oleh Norwegia "pada saat itu”. Teks tersebut, seperti dilihat oleh AFP, sebelumnya akan menyerukan Israel "untuk menghentikan kegiatan pemukiman, pembongkaran dan penggusuran” termasuk di Yerusalem timur.

Dalam rancangan pernyataan itu, anggota Dewan Keamanan juga menyatakan "keprihatinan besar mereka tentang meningkatnya ketegangan dan kekerasan di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur”, yang dianeksasi oleh Israel dan dianggap sebagai bagian dari ibukotanya.

Saat ditanya pada Selasa (11/05) apakah AS akan menyetujui pernyataan Dewan Keamanan tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menahan diri untuk tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut.

"Kami ingin memastikan bahwa langkah-langkah itu, baik yang berasal dari pemerintah Israel, Otoritas Palestina atau Dewan Keamanan PBB, berfungsi, bukan untuk meningkatkan [ketegangan] atau memprovokasi, tetapi untuk deeskalasi,” ujarnya.

Apa yang memicu ketegangan Israel-Palestina?

Aksi saling serang pada Selasa dan Rabu dini hari antara Israel dan Palestina adalah buntut dari protes berhari-hari di Yerusalem timur atas rencana Israel untuk mengusir beberapa kelurga Palestina dari rumah mereka.

Ketegangan di kota yang merupakan situs suci bagi tiga agama, yaitu Yahudi, Muslim, dan Kristen itu semakin memanas ketika pengunjuk rasa dan polisi Israel bentrok di sekitar masjid Al-Aqsa pada Minggu (09/05), salah satu malam paling suci selama bulan Ramadhan.

Hamas kemudian meluncurkan serangan roket pertamanya pada Senin (10/05) setelah menuntut pasukan keamanan Israel meninggalkan situs yang diperebutkan di kota suci itu.

gtp/ pkp (AFP, AP, reuters)