1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Protes Internasional Terhadap Rejim Myanmar

6 Oktober 2007

Berbagai kelompok hak asasi manusia, di antaranya Amnesty International dan Human Right Watch menyerukan agar dunia menggelar hari aksi protes terhadap junta militer di Myanmar. Dalam seruan tersebut dikatakan bahwa tindakan brutal terhadap para pengunjuk rasa yang secara damai mendemonstrasikan hasrat untuk kebebasan dan demokrasi, tidak boleh dilupakan.

https://p.dw.com/p/CIpq
Demonstran simpatisan Myanmar di Kuala Lumpur
Demonstran simpatisan Myanmar di Kuala LumpurFoto: AP

Amnesty Internasional menuntut pembebasan semua demonstran yang ditangkap selama aksi protes berlangsung pada pekan-pekan yang lalu dan pada razzia setelahnya. Pemancar televisi pemerintah Myanmar menyatakan telah menahan sekitar 2. 000 orang. Namun kelompok oposisi memperkirakan, jumlah tahanan lebih banyak dari yang diumumkan secara resmi. Kini aksi unjuk rasa direncanakan di London, Berlin dan sejumlah kota besar Eropa dan kota lainnya di berbagai pelosok dunia, misalnya di Bangkok, di mana terdapat kebanyakan warga Myanmar yang hidup dalam pengasingan.

Para peserta aksi protes terhadap rejim militer di Myanmar diserukan untuk mengenakan baju kaos atau kemeja merah yang merupakan warna pakaian biksu budhis di Myanmar. Para biksu lah yang mengawali aksi protes di negara tersebut. Ratusan biksu kini berada di tahanan karena dituding sebagai pemicu kerusuhan.

Sejak penumpasan aksi protes di Myanmar secara brutal, berlangsung demonstrasi di sejumlah negara Asia Tenggara, misalnya di Malaysia, Indonesia dan Filipina. Di Jepang dan Australia simpatisan rakyat Myanmar juga turun ke jalan. Di Manila, ibukota Filipina, tawaran berunding pihak militer kepada penerima hadiah Nobel perdamaian, Aung San Suu Kyi, disambut dengan baik. Seorang demonstran mengutarakan:

“Kami pikir, ini adalah kemenangan bagi rakyat Myanmar. Kelihatannya rejim ini mulai memperhatikan tekanan luar negeri dan juga protes dalam negeri. Tapi, persyaratan yang diajukan pihak militer kepada oposisi, tidak dapat diterima.“

Di Jakarta juga digelar demonstrasi memprotes rejim militer di Myanmar pada hari-hari belakangan. Banyak biksu budhis mengikuti aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Myanmar. Seorang biksu budhis:

"Penderitaan masyarakat adalah penderitaan kita semua. Dan semoga cepat selesai lah urusan ini."

Di Jepang para demonstran menuntut PBB untuk menerapkan kebijakan yang lebih keras terhadap rejim militer Myanmar. Kyam Kyaw Soe, Ketua Liga untuk Demokrasi di Myanmar mengatakan di Tokyo:

“Saya khawatir, PBB dan komunitas internasional tidak cukup menekan rejim militer di Myanmar. Rejim militer harus mempercepat proses demokrasi dan bekerja sama dengan oposisi.”

Utusan khusus PBB, Ibrahim Gambari yang baru kembali dari Myanmar, kemarin melaporkan situasi di Negara itu kepada Dewan Keamanan PBB. Laporannya antara lain mengenai tindakan brutal terhadap pengikut demonstrasi yang masih terus dilakukan oleh aparat keamanan pada razzia malam hari. Namun Cina, aliansi terpenting rejim militer disebutkan menghalangi reaksi yang lebih keras dari Dewan Keamanan PBB.