1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Demonstrasi Anarkis di Beograd

22 Februari 2008

Aksi kemerdekaan Kosovo secara sepihak yang langsung diakui sejumlah negara terkemuka, menyulut kemarahan publik di Serbia.

https://p.dw.com/p/DBlz
Demonstran di ibukota Serbia, Beograd membakar gedung kedutaan besar Amerika Serikat.Foto: AP

Aksi demonstrasi besar-besaran yang anarkis di Beograd untuk menentang kemerdekaan Kosovo, dikomentari sejumlah harian internasional.

Harian Swiss Tages Anzeiger yang terbit di Zürich dalam tajuknya berkomentar:

Aksi kerusuhan di Beograd itu sebetulnya tidak mengherankan. Kini benih aksi kekerasan mulai berkembang. Presiden Serbia Boris Tadic mengecam aksi kekerasan yang di hari-hari belakangan ini terus memuncak. Ia sudah menyatakan, tidak mau bekerjasama dengan pimpinan partai-partai radikal, untuk berjuang mempertahankan Kosovo. Karena partai-partai radikal inilah yang memprovokasi perang terhadap rakyat Kosovo di tahun 90-an. Tadic tahu persis, hanya dengan bekerjasama erat dengan masyarakat internasional, Serbia dapat mengambil alih tanggung jawab bagi masa depan Kosovo, dan Beograd memiliki peluang lebih baik untuk memperjuangkan hak-hak warga minoritas Serbia di Kosovo.

Harian Jerman Süddeutsche Zeitung yang terbit di München juga berkomentar senada:

Aksi protes di Beograd sebetulnya hendak menunjukkan, bahwa pemerintah dan oposisi bersatu menggalang perlawanan menentang negara bohong-bohongan Kosovo. Tapi presiden Serbia Boris Tadic dengan cepat menjaga jarak dan melontarkan kecaman tajam terhadap aksi pengrusakan gedung perwakilan negara-negara Barat. Ia juga secara tidak langsung memperingatkan adanya agitasi dari kelompok nasionalis. Dengan sikapnya ini, Boris Tadic menunjukkan keberaniannya di saat Serbia menghadapi situasi amat sulit. Tadic menyadari, Beograd harus bekerjasama dengan masyarakat internasional, untuk dapat melindungi warga minoritas Serbia di Kosovo.

Sementara harian Italia La Stampa yang terbit di Turin berkomentar:

Eskalasi kekerasan sebetulnya sudah diduga sebelumnya. Ini merupakan aksi balas dendam sebagai reaksi atas proklamasi kemerdekaan sepihak Kosovo. Setelah insiden kecil di perbatasan, kekerasan kini memiliki kesempatan untuk semakin berkobar di Beograd. Pada prinsipnya Serbia saat ini memiliki dua sasaran utama. Musuh nomor satu dan yang paling penting adalah Amerika Serikat, yang memimpin intervensi NATO tahun 1999 lalu sekaligus sponsor utama bagi kemerdekaan sekitar dua juta warga Albania Kosovo. Setelah itu, sasaran utama lainnya adalah Kroasia, musuh bebuyutan Serbia dalam perang Balkan, sebelum dan sesudah lahirnya negara Kroasia. Sebuah perang, yang berakhir dengan kekalahan pihak agressor Serbia.

Harian terkemuka Serbia Novosti yang terbit di Beograd menulis komentar bernada kritis mengecam aksi kekerasan dan pembakaran di ibukota Serbia itu.

Beograd berkobar. Darah mengalir. Ketika ratusan ribu warga Serbia menggelar aksi demonstrasi damai menentang kemerdekaan Kosovo, justru gambaran brutal dari pembakaran kedutaan AS dan serangan pengrusakan terhadap kedutaan asing lainnya yang menyebar ke seluruh dunia. Ini bukan Serbia.

Sementara harian Perancis Ouest France yang terbit di Rennes berkomentar:

Puluhan ribu warga Serbia berteriak marah, tidak mau menerima kemerdekaan Kosovo. Tapi, juga jika puluhan pasukan cadangan Serbia membakar pos perbatasan ke negara baru Kosovo, Beograd tidak akan melancarkan perang baru terhadap Kosovo. Pada dasarnya, semua orang di Serbia tahu persis, mereka tidak dapat memutar balik jalannya roda sejarah. Tapi, bagaimanapun juga, dalam kadar tertentu, aksi protes di Beograd itu dapat melepaskan sebagian rasa frustrasi. Setelah itu, Uni Eropa harus melangkah lebih jauh, untuk merangkul warga Serbia. (as)