1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialInggris

Akan Jadi Raja Seperti Apa Charles III?

Barbara Wesel
12 September 2022

Pada usianya yang ke-73, Charles dinilai sebagai pria yang lebih bijaksana, lebih santai, dan tidak terlalu banyak tingkah bila dibandingkan dengan masa mudanya.

https://p.dw.com/p/4GiM2
Raja Charles III dari Inggris pada upacara penobatan di London
Raja Charles III dari Inggris pada upacara penobatan di LondonFoto: Victoria Jones/AP/picture alliance

"Ini adalah momen yang saya takutkan," ujar Raja Charles III mengenai transisinya menduduki takhta Monarki Inggris dalam pertemuan pertamanya sebagai raja dengan Perdana Menteri Inggris Liz Truss, Jumat (09/09). Namun, ia berupaya membuat transisi tetap berjalan.

Pidato pertamanya kepada rakyat Inggris pada malam itu menyeimbangkan suasana duka atas kematian ibu tercinta dan janji resmi bahwa ia akan melayani rakyat dengan setia, seperti yang telah dilakukan Ratu Elizabeth II dalam 70 tahun terakhir.

Saat Charles tiba-tiba mendatangi ribuan orang yang berkumpul di depan Istana Buckingham dan menyalami beberapa di antara mereka, tampaknya ia berhasil meraih simpati publik.

Charles III dan sentimen baik

"Saya pikir ini jelas-jelas merupakan era baru perubahan dan modernisasi, kami senang memiliki Raja Charles," kata Shaneen Clarke, yang datang ke Westminster di London pusat dari Wiltshire pada hari Minggu (11/09) untuk meletakkan bunga di pagar Istana St. James. "Dia akan membawa perubahan, dia siap dan telah mempersiapkan diri dengan baik."

Sentimen yang sama juga dirasakan sebagian besar massa yang berkumpul saat itu. Rose, ibu muda dari London barat, mendorong kereta dorong bayi kembarnya ke gerbang istana sambil memperhatikan penjaga kerajaan berbaris memakai topi kulit beruang mereka.

"Dia akan menjadi raja yang baik," ujar Rose yang juga telah terbiasa dengan kehadiran Camilla. "Dia (Camilla) adalah istri yang baik untuknya (Charles), dia akan membantunya."

Keadaan ini sangat berbeda pada saat satu dekade setelah kematian Putri Diana yang dipuja banyak orang Inggris. Saat itu, reputasi Charles berada di titik terendah dan Camilla benar-benar dibenci. Bahkan di pertengahan dekade terakhir, hanya seperempat warga Inggris yang menginginkan dia jadi pewaris takhta. Banyak pula yang merasa Charles turut bertanggung jawab atas kematian Diana. Butuh bertahun-tahun bagi Charles dan istri barunya untuk mengatasi citra negatif ini. 

Raja Charles III dari Inggris
Dibandingkan dengan mendiang Ratu Elizabeth II, Charles selama ini terkesan lebih mudah didekati dan tidak segan menunjukkan perasaannya.Foto: Jonathan Brady/WPA Pool/Getty Images

Modernisasi secara hati-hati

Bagi Charles III, jabatan ini adalah tentang menyeimbangkan modernisasi sambil melestarikan mistisisme kuno tentang istana.

Sejak masa mudanya, Charles menunjukkan sikap agak lebih mudah didekati dibandingkan ibunya, Elizabeth. Ia juga kerap menunjukkan lebih banyak emosi dan perasaan serta punya pemahaman yang cukup jelas tentang perannya.

Namun setelah menjadi raja, langkahnya akan lebih banyak dibatasi. Ia tidak dapat melanjutkan pekerjaannya untuk organisasi lingkungan, pertanian tradisional, arsitektur, dan tugas-tugas lain yang dipilih sendiri karena dilarang oleh aturan monarki konstitusional di Inggris Raya.

Ketika menyangkut pernyataan politik dalam bentuk apa pun, Charles juga harus berperilaku dengan cara yang sama seperti Ratu Elizabeth II yang jarang sekali menunjukkan pendapat, baik dalam bentuk sinyal atau apa pun.

Gaya Charles dalam memimpin para bangsawan Inggris ke abad ke-21 telah dibuat jelas dengan mengizinkan publik menyaksikan upacara pelantikan suksesi yang telah berjalan berabad-abad ini di Istana St. James pada hari Sabtu, lewat siaran langsung di televisi. Dengan cara ini, raja baru tersebut berupaya mengangkat tabir yang menutupi tradisi dan kemegahan keluarga kerajaan.

Reporter istana, Charlie Proctor, memuji langkah ini di akun Twitternya. "Raja sendiri telah meminta agar kamera televisi diizinkan. Raja Charles III memulai pemerintahannya dengan cara yang ia akan terus lanjutkan. Sebuah monarki baru dan transparan untuk zaman modern."

Untuk pertama kalinya pula Perdana Menteri Skotlandia, Nicola Sturgeon, ikut menandatangani dokumen suksesi takhta. Langkah baik dari Charles III yang ingin melakukan apa yang dia bisa untuk menghindari ancaman kemerdekaan Skotlandia dan menjaga Inggris tetap "bersatu".

Tim Adams dari surat kabar haluan kiri The Guardian yang tidak begitu memuja keberadaan monarki memperkirakan bahwa Charles tidak akan menerima penghormatan seperti yang diberikan banyak orang Inggris kepada ibunya. 

Namun, Adams menambahkan bahwa: "Di masa yang penuh antagonisme politik dan gejolak ekonomi yang pahit, ia mungkin menawarkan stabilitas emosional kepada para pendukung kerajaan." Ia juga menambahkan bahwa pada usianya yang ke-73, Charles adalah pria yang lebih bijaksana, lebih santai, dan tidak terlalu banyak tingkah bila dibandingkan masa lalunya.

Ujian terbesar Charles III

Dari sopir taksi London hingga pelayan di restoran Italia di sudut jalan dekat istana kerajaan, tidak ada kata buruk yang terdengar tentang Charles di London akhir-akhir ini. "Dia telah belajar dalam waktu yang sangat lama, dia akan melakukannya dengan baik," ini tampaknya adalah atmosfer umum yang dirasakan.

Namun, Mathew Paris dari media Inggris, The Times, memperingatkan bahwa atmosfer ini dapat berubah dengan cepat. "Seperti tanaman yang mengarah ke cahaya, raja membutuhkan perhatian rakyatnya." Ketika rakyat kecewa, reaksinya bisa sangat kejam. Kasih sayang yang dirasakan Charles tidak lama setelah kematian ibunya dapat dengan cepat berubah.

Ada tugas besar yang menanti Charles seperti menjaga kebersamaan Negara Persemakmuran dan kerajaan sebaik mungkin, dan memodernisasi monarki tanpa tidak melampaui batas kekuasaannya. Selain itu, Charles juga harus mencoba mendamaikan putra-putranya yakni William dan Harry, dan menghadapi permasalahan yang melibatkan Pangeran Andrew.

"Charles tidak hanya menjadi kepala negara, tetapi juga kepala keluarga," tulis surat kabar The Telegraph. Menjaga semua itu agar tetap bisa berjalan lancar tampaknya akan menjadi ujian terbesar raja baru Inggris ini.

ae/hp