1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Tuhan, Islamkah aku?

ap/rzn komps,youtube)2 Februari 2016

Islam agamaku nomor satu di dunia. Islam benderaku berkibar di mana-mana… Tuhan Islamkah aku?

https://p.dw.com/p/1HnSo
Indonesien Ahmad Mustofa Bisri
Foto: Muhammad Bisri Mustofa

Kutipan kalimat di atas adalah penggalan “Puisi Islam“ karya salah satu pemimpin Islamis, Indonesia, Rais Aam Nahdlatul Ulama, Kyai Haji Mustofa Bisri.

Akrab dengan sebutan Gus Mus, Mustofa Bisri dikenal juga sebagai penulis kolom dan budayawan terkemuka di tanah air.

Puisi tersebut kembali diperdengarkan dalam sebuah acara yang berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta, akhir Januari lalu.

Acara tersebut merupakan kerjasama seni budaya antara Gus Mus dengan dengan seniman Jaya Suprana, tokoh Museum Rekor Indonesia. Apa kira-kira pesan yang ingin disampaikan Gus Mus lewat puisi ini?

Lengkapnya puisi tersebut:

PUISI ISLAM

Islam agamaku nomor satu di dunia
Islam benderaku berkibar di mana-mana
Islam tempat ibadahku mewah bagai istana
Islam tempat sekolahku tak kalah dengan yang lainnya

Islam sorbanku
Islam sajadahku
Islam kitabku

Islam podiumku kelas eksklusif yang mengubah cara dunia memandangku
Tempat aku menusuk kanan kiri

Islam media massaku
Gaya komunikasi islami masa kini
Tempat aku menikam sana sini

Islam organisasiku
Islam perusahaanku
Islam yayasanku

Islam istansiku , menara dengan seribu pengeras suara
Islam muktamarku, forum hiruk pikuk tiada tara

Islam bursaku

Islam warungku hanya menjual makanan sorgawi
Islam supermarketku melayani segala keperluan manusiawi

Islam makananku

Islam teaterku menampilkan karakter-karakter suci
Islam festifalku memeriahkan hari-hari mati

Islam kaosku
Islam pentasku

Islam seminarku, membahas semua
Islam upacaraku, menyambut segala
Islam puisiku, menyanyikan apa saja

Tuhan, Islamkah aku?

Di akun facebooknya, Mustofa Bisri, menulis ia tak tahu dan tak peduli apa tanggapan para menteri, pimpinan DPR, jendral-jendral, para ustadz, para cerdik-cendekiawan, budayawan dan seniman yang hadir malam itu tentang puisinya. Bagaimana tanggapan Anda?