1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Sehat Dengan Sampah ala Gamal Albinsaid

Rizki Nugraha22 Juni 2015

Seorang dokter muda Indonesia mendirikan asuransi kesehatan yang dibayar dengan sampah. Dengan konsep tersebut, Gamal Albinsaid membantu menuntaskan dua masalah kronis di Indonesia.

https://p.dw.com/p/1FibH
Foto: Gamal Albinsaid

Gamal Albinsaid bukan sembarang orang.

Dokter muda Indonesia ini mendirikan asuransi kesehatan mikro, Garbage Clinical Insurance (GCI), yang tidak cuma memberikan layanan kesehatan kepada mereka yang tidak mampu, tetapi juga membangun kesadaran mengelola sampah.

Caranya pun tergolong mudah. Calon pasien tinggal membawa sampah senilai Rp 10.000 per bulan, yang kemudian dijadikan kompos atau didaur ulang. Pendapatan dari sampah itulah yang kemudian membiayai layanan kesehatan dan obat-obatan.

"Kami mengubah presepsi masyarakat dan mengubah kebiasan masyarakat terhadap sampah," ujarnya dalam sebuah video. "Asuransi sampah meningkatkan nilai sampah secara signifikan, sehingga masyarakat lebih menghargai sampah dan mengelola sampah tersebut."

Satu Solusi untuk Dua Masalah

Sampah adalah masalah lain di Indonesia. Setiap tahunnya sekitar 3,2 juta ton sampah yang dihasilkan penduduk di pesisir mendarat di laut. Jumlahnya mencapai 10 persen dari total sampah yang ditumpahkan ke samudera bumi, tulis Wall Street Journal.

"Tujuan kami sederhana, yakni bagaimana anggaran kesehatan di setiap rumah tangga bisa meningkat," tuturnya. Dan sampah menjanjikan pemasukan tambahan yang bisa dipakai untuk membayar layanan kesehatan.

"Program sampah untuk kesehatan ini sangat membantu, karena saya harus berobat setiap dua pekan. Saya punya tekanan darah tinggi," ujar Ani Purwanti, seorang ibu rumah tangga yang telah menjadi member GCI. "Kalau saya bayar pakai sampah, saya tidak mengeluarkan uang. Jadi program ini membantu anggaran kesehatan saya."

Ekspansi ke Luar Negeri

Menurut data Bank Dunia, sekitar 6,3 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses kesehatan. Sementara data yang dimiliki GCI, lebih dari 60 persen penduduk tidak punya asuransi kesehatan. Adapun puskesmas yang disediakan pemerintah hingga kini masih berkutat dengan minimnya tenaga medis.

Perjalanan Gamal membesarkan asuransi kesehatan mikro tergolong cepat. Berawal dari kampus dan menyebar di Indonesia, kini ia bersiap untuk ekspansi ke luar negeri. GCI sejauh ini tercatat sudah memiliki lima klinik dan menangani lebih dari 3500 pasien.

Kiprahnya itu juga mengundang pengakuan dari dunia internasional. 2014 silam ia bertemu Pangeran Charles saat menerima penghargaan The HRH Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur dari Kerajaan Inggris.

"Intinya adalah bagaimana mengerahkan semua sumber daya demi mencapai tujuan," tandas Gamal.