1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Revolusi Kuba di Washington

Astrid Prange18 Desember 2014

AS dan Kuba ingin kembali menjalin hubungan diplomatik setelah membeku selama 50 tahun. Perubahan kebijakan yang dibawa Presiden Barack Obama itu adalah langkah yang seharusnya diambil sejak dulu, kata Astrid Prange

https://p.dw.com/p/1E6sM
Symbolbild - Kuba Paz sin Fronteras
Foto: picture-alliance/dpa/F. Erichsen

Kuba, my love! Adalah sebuah ucapan cinta yang diumumkan Presiden AS Barack Obama pada Rabu petang (17/12) perihal pulau di Karibik itu. Pernyataannya itu sama revolusionernya seperti Revolusi Kuba dan bernapaskan kedamaian layaknya khotbah Injil di bukit Zion. Cintailah musuhmu.

Presiden Obama tidak lagi menyisakan dendam pada "musuh" komunis di sebrang Karibik. Sebaliknya Raul Castro tidak lagi diliputi kebencian terhadap kapitalisme. Pada pembicaraan telepon antara presiden yang pertama sejak 1961, kedua kepala pemerintahan cepat merangkai kesepakatan. Keduanya ingin menghidupkan kembali hubungan diplomatik dan bertukar diplomat.

Cuma masalah waktu hingga Amerika Serikat mencabut embargo ekonomi terhadap Kuba. Karena sekarang pun kata "embargo" cuma berfungsi sebagai stempel ideologis buat kaum garis keras, terutama anggota Partai Republik di Kongres yang memandang pencabutan sanksi sebagai sebuah kekalahan.

Padahal pencabutan embargo telah lama berlangsung. Dengan dalih kemanusiaan, pemerintah AS sejak tahun 2000 sudah mengizinkan ekspor obat-obatan dan produk pertanian seperti jagung, kacang-kacangan atau daging ayam ke Kuba.

Hubungan Gelap AS-Kuba

Terlebih sejak 2011 setiap tahunnya 100.000 warga AS berpelesir ke Kuba dalam rangka pertukaran kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Pemerintah Kuba sebaliknya mencabut larangan masuk buat pelarian yang ingin menjenguk sanak saudaranya di pulau itu.

Media-media bahkan sempat melaporkan, militer kedua negara bekerjasama mengamankan wilayah laut dan perbatasan di sekitar Teluk Guantanamo yang menjadi basis militer AS.

Kini Obama secara resmi ingin membuka "babak baru" dalam hubungan dengan negeri komunis itu dan mencabut Kuba dan daftar hitam negara-negara yang dianggap mendukung terorisme internasional. Kuba menjawab dengan mencabut larangan masuk buat wisatawan AS.

Fastenblog ohne! Astrid Prange De Oliveira
Astrid Prange de Oliviera

Kambing Hitam Berupa Embargo

Lebih dari itu mustahil diwujudkan untuk saat ini. Karena untuk mencabut embargo secara menyeluruh, Obama membutuhkan mayoritas di Kongres. Tapi kendati cuma langkah kecil, tembok yang memisahkan AS dan Kuba mulai runtuh. Pencabutan sanksi dan normalisasi hubungan diplomatis pada akhirnya akan memaksa pencabutan embargo.

Blokade yang dijalankan AS terhadap Kuba terbukti usang dan tumpul. Bahkan pendukung kebijakan itu pun cuma mencapai apa yang sebenarnya ingin mereka hindari. Selama setengah abad AS dijadikan dalih oleh penguasa di Havana atas kegagalan mereka membenahi perekonomian.

Kini kedua musuh sedang bertafakur di bukti Zion. Maka cintailah musuh-musuhmu!



*Astrid Prange bekerja sebagai editor untuk kawasan Amerika Latin di Deutsche Welle. Jurnalis yang telah malang melintang selama 25 tahun ini pernah mendapat penghargaan jurnalistik Lornezo Natali dari Uni Eropa.