1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sepak BolaIndonesia

Setidaknya, Garuda Muda Sudah Membangun Optimisme Baru

Hardimen Koto
Hardimen Koto
9 Mei 2024

Indonesia U23 kandas ke Olimpiade Paris 2024. Tapi mereka tidak gagal. Mengapa? Hardimen Koto mengulasnya.

https://p.dw.com/p/4fgAu
Pemain Timnas Indonesia U23 Bagas Kaffa (bawah) saat berduel udara dengan pemain Timnas Guinea U23 Momo Fanye Toure di Stadion Pierre Pibarot, Clairefontaine-en-Yvelines, Prancis
Pemain Timnas Indonesia U23 Bagas Kaffa (bawah) saat berduel udara dengan pemain Timnas Guinea U23 Momo Fanye Toure di Stadion Pierre Pibarot, Clairefontaine-en-Yvelines, PrancisFoto: Miguel Medina/AFP

Ya, Garuda Muda, julukan skuad Indonesia U23, memang kandas ke pesta olahraga musim panas. Penalti Ilaix Moriba, pemain milik RB Leipzig yang dipinjamkan ke Getafe, membobol gawang Ernando Ari. Dan Guinea, peringkat ke-4 Piala Afrika U23 2023, menjadi tim ke-16 yang tiba di Paris.

Selamat untuk Guinea tapi saya tetap harus bilang: terima kasih Garuda Muda. Di Stadion Pierre Pibarot, Clairefontaine-en-Yvelines, mereka tetap bikin bangga: bertarung gagah!

Tanpa Justin Hubner, Rizky Ridho, dua nama yang membuat Shin Tae-yong 'pasrah', toh Garuda Muda terus membangun asa di depan Presiden FIFA Gianni Infantino dan Presiden PSSI Erick Thohir.

Mereka seperti menjelaskan: ada optimisme baru yang dibangun dan menyodorkan euforia dalam sebulan terakhir.

Dari Qatar, lewat medium Piala Asia U23, Indonesia U23 yang dikaparkan Qatar 0-2 lalu bangkit. Sekali lagi: bangkit!

Australia disikat 1-0, Jordania dikubu 4-1 dan klimaksnya meredam Korea Selatan dalam laga ekstra marathon, 120 menit lebih dengan 2-2 dan berakhir di adu penalti yang juga panjang, 11-10.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Indonesia ke semifinal, sebuah penjelasan hebat untuk tim debutan yang tiba ke medium separuh akhir Asia.

Dan itulah kegembiraan sesaat, sekaligus optimis baru yang dibangun Rizky Ridho bersama koleganya. Optimisme baru bahwa sepakbola Indonesia, bicara dan mulai berkibar di kawasan Asia.

Anak-anak muda Indonesia U23 memang kandas, 0-2 vs Uzbekistan di semifinal. Kala itu, penampilan Garuda Muda tidak sehebat ketika garang versus Korea Selatan.

"Kelelahan," ucap Shin Tae-yong sesuatu yang juga masih kelihatan saat kalah 1-2 vs Irak di perebutan posisi 3. Hasil ini pula yang membuat Witan Sulaiman cs terbang ke Paris, menggapai tiket ke Olimpiade Paris, jumpa Guinea. Ya, duel dua tim dari dua benua berbeda di benua lain.

Terus terang, Guinea biasa saja. Keuntungan mereka lebih pada kesegaran.

Ada pun Garuda Muda punya banyak soal. Penetrasinya lebih pada soal kelelahan dan kejenuhan: memainkan partai ketujuh dalam 23 hari di dua negara dengan suhu berbeda.

Belum lagi tekanan kehilangan dua tembok di belakang: Rizky dan Justin yang tidak dilepas klubnya, Cerezo Osaka. Sama seperti Elkan Baggot.

Tapi, lagi-lagi saya mesti menyebut, optimisme baru yang dibangun mereka adalah penjelasan eksplisit: sepak bola Indonesia dan potensi berkibar di Asia!

Kepada Shin Tae-yong, terimakasih untuk persembahan melebihi target di Piala Asia U23.

Rehatlah sejenak, sebab di depan mata ada dua laga penting di level senior: vs Irak 6 Juni dan vs Filipina 11 Juni. Indonesia, skuad Garuda butuh 3 angka untuk tiba di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia zona Asia.

Jika bisa, yakin bisa, Indonesia lolos ke Piala Asia 2027 di Arab Saudi dan makin dekat ke Piala Dunia 2026 di Kanada-AS-Meksiko.

Dan itu kian mempertebal optimisme baru tadi.

Hardimen Koto
Hardimen Koto Jurnalis dengan passion hebat untuk dunia olahraga.