1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Jerman: Kenapa Pemborosan Emisi Tidak Jamin Kebahagiaan?

Alistair Walsh
10 Mei 2024

Manusia membutuhkan tiga planet Bumi untuk bisa menopang gaya hidup dan tingkat konsumsi setinggi warga Jerman. Tapi apakah konsumsi berlebihan menjamin kebahagiaan?

https://p.dw.com/p/4ffYu
Pembangkit batu bara di Jerman
Pembangkit listrik tenaga batu bara di JermanFoto: blickwinkel/S. Ziese/dpa/picture alliance

Baru empat bulan di tahun 2024, Jerman telah melampaui batas ekologi tahunan, menurut LSM lingkungan hidup Global Footprint Network yang berbasis di Amerika Serikat.

Menurut perhitungan, jika masyarakat dunia mengkonsumsi sebanyak warga Jerman, maka manusia akan membutuhkan tiga planet Bumi, agar bisa menyediakan sumber daya yang cukup demi menopang tingkat konsumsi secara berkelanjutan.

Hari yang disebut Earth Overshoot Day itu menandai tanggal, ketika tingkat konsumsi sumber daya alam dan jasa ekologi di sebuah negara sudah melebihi kemampuan bumi untuk beregenerasi pada tahun yang sama.

Pelanggar terburuk, seperti Qatar dan Luksemburg, sudah melampaui batas tersebut pada tanggal 11 dan 20 Februari. Sebagai perbandingan, overshoot day di Indonesia tahun ini diperkirakan jatuh pada tanggal 24 November.

Tahun lalu, Jerman melampaui batas ekologi pada tanggal 4 Mei, sehari lebih lambat dari tahun 2024.

Overshoot Day buka peluang reformasi

"Hari Earth Overshoot Day di Jerman adalah pengingat untuk mengubah fondasi di semua lini yang ada saat ini untuk menormalisasi praktik berkelanjutan,” kata Aylin Lehnert, pejabat pendidikan di LSM lingkungan Jerman Germanwatch, dalam siaran persnya. "Kita memerlukan rem utang baru,” katanya, merujuk pada doktrin berutang sesuai tinggi pendapatan di Jerman, „rem utang dalam artian beban ekologi,” lanjutnya.

Menyelamatkan Bumi dalam 60 Menit?

Menurut Greenwatch, produksi dan konsumsi daging di Jerman adalah salah satu penyebab utama penggunaan sumber daya ekologi secara berlebihan. Sekitar 60 persen lahan pertanian di Jerman saat ini digunakan untuk produksi pakan ternak, sementara jutaan ton sisanya diimpor dari luar negeri.

Menurut Masyarakat Kerja Sama Pembangunan Internasional, GIZ, komoditas yang diimpor Jerman dari tahun 2016 hingga 2018, menyebabkan kehancuran sekitar 138.000 hektar hutan tropis di seluruh dunia.

Ironisnya, adalah negara-negara miskin di belahan Bumi selatan, yang harus menanggung sebagian besar imbas konsumsi berlebihan di negeri kaya akibat kerusakan lingkungan dan dampak perubahan iklim.

Selasa (7/5) kemarin, organisasi lingkungan Friends of the Earth, BUND, mengkritik penggunaan tanah, air dan bahan mentah yang tinggi dan sarat pemborosan di Jerman.

"Bumi kita kelebihan muatan. Sebuah negara, yang mengkonsumsi sumber daya sebanyak kita di Jerman, telah beroperasi dengan buruk dan ceroboh,” kata Direktur BUND Olaf Bandt dalam sebuah pernyataan pers.

BUND menyerukan kepada pemerintah Jerman untuk merancang UU demi melindungi sumber daya tanah dan lahan, daerah tangkapan ikan, air tanah dan air permukaan, serta hutan dan kayu.

Konsumsi berlebih tidak jamin kebahagiaan

Indeks Kebahagiaan atau Happy Planet Index, HPI, yang dirilis pada hari Kamis (9/5), menyimpulkan betapa konsumsi berlebihan tidak serta merta menjamin kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat.

Indeks yang disusun oleh Hot or Cool Institute di Berlin itu menggabungkan data kesejahteraan, tingkat harapan hidup dan jejak karbon untuk menilai seberapa baik negara memenuhi konsumsi di dalam negeri tanpa membebani planet bumi secara berlebihan.

Solusi bagi Emisi Karbon dari Sektor Transportasi

Contoh terbaik adalah Swedia dan Jerman yang memiliki tingkat kesejahteraan dan harapan hidup yang sangat tinggi. 

Karena Swedia berhasil meningkatkan kualitas hidup dengan emisi per kapita 16 persen lebih sedikit dibandingkan Jerman, dan kurang dari setengah jejak emisi per kapita di Amerika Serikat.

Kosta Rika, contoh lain, juga memiliki tingkat harapan hidup dan kesejahteraan yang sebanding, namun dengan dampak lingkungan yang hampir separuh dari Jerman.

Negara-negara dengan keseimbangan ekologi terbaik

Vanuatu, Swedia, El Salvador, Kosta Rika dan Nikaragua menduduki peringkat terbaik dalam HPI.

Indeks yang juga merinci tingkat pendapatan di suatu negara itu menemukan, sekitar 10 persen manusia dengan pendapatan tertinggi di dunia bertanggung jawab atas hampir setengah dari total emisi global. 

Namun kaum super kaya ini tidak berprestasi lebih baik dalam indeks kebahagiaan dibandingkan mereka yang beremisi rendah.

Contoh lain adalah perjalanan udara. Pelanggan penerbangan yang memproduksi lebih banyak emisi, tidak menunjukkan peningkatan kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang jarang terbang. 

Di Amerika Serikat, sebuah penelitian pada tahun 2020 mengungkapkan bahwa rumah tangga kaya mencatatkan 25 persen jejak energi yang lebih besar dibandingkan rumah tangga berpendapatan rendah, tetapi dengan tingkat kepuasan hidup yang sama.

Lewis Akenji, direktur pelaksana Hot or Cool Institute, menyerukan negara-negara di dunia untuk mengkaji ulang prioritas pertumbuhan dan konsumsi.

"Kita perlu fokus menanggulangi konsumsi berlebihan dan kesenjangan, yang memperburuk krisis ekologi di planet ini,” pungkasnya.

rzn/hp