1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ketujuh Kali, Finlandia Jadi Negara Paling Bahagia Sedunia

20 Maret 2024

Laporan tahunan Kebahagiaan Dunia kembali menempatkan Finlandia dan beberapa negara Skandinavia sebagai negara paling bahagia di dunia. Kosta Rika dan Kuwait masuk daftar 20 besar, gantikan Amerika Serikat dan Jerman.

https://p.dw.com/p/4dvFy
Hari Kebahagiaan Internasional di Finlandia
Finlandia dan negara tetangganya di Nordik, masih menduduki peringkat teratas dalam indeks kebahagiaanFoto: Jussi Nukari/Lehtikuva/AFP via Getty Images

Finlandia menjadi negara paling bahagia di dunia selama tujuh tahun berturut-turut, di mana negara tetangga di kawasan utaranya, Swedia, Denmark dan Islandia, juga mempertahankan posisi 10 besarnya, menurut Laporan tahunan Kebahagiaan Dunia (World Happiness Report) yang diterbitkan pada hari Rabu (20/03).

Namun, fenomena meningkatnya ketidakbahagiaan terutama di kalangan anak muda telah membuat beberapa negara Barat justru turun peringkat dalam indeks yang disponsori oleh Persatuan Bangsa-Bangsa tersebut.

Bahkan, Amerika Serikat (AS) dan Jerman keluar dari daftar 20 besar untuk pertama kalinya, sejak edisi pertama laporan ini terbit lebih dari satu dekade lalu. Posisi mereka digantikan oleh Kosta Rika dan Kuwait yang berhasil menduduki peringkat 12 dan 13, sementara negara Eropa Timur seperti Serbia, Bulgaria, dan Latvia melaporkan adanya peningkatan besar dalam hal kebahagiaan di negaranya.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Afganistan, yang sedang dilanda bencana kemanusiaan sejak Taliban kembali berkuasa di negara itu pada tahun 2020, masih berada di posisi terakhir.

Survei ini juga meminta masyarakat di 143 negara untuk mengevaluasi kehidupan mereka dalam skala nol hingga sepuluh, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti PDB per kapita, dukungan sosial, harapan hidup yang sehat, kebebasan, kemurahan hati, dan perihal korupsi.

Terbitnya laporan tahunan ini juga bertepatan dengan perayaan Hari Kebahagiaan Internasional yang diselenggarakan pada tanggal 20 Maret.

Jika Rasa Haus Validasi di Media Sosial Jadi Obsesi

Ketidakbahagiaan jadi tren di beberapa negara Barat

Penelitian sebelumnya tentang kesejahteraan menunjukkan bahwa masa kebahagiaan paling tinggi terjadi saat kanak-kanak dan remaja awal, kemudian menurun seiring dengan usia pada paruh baya, yang akhirnya kembali naik di masa-masa setelah pensiun.

Namun, laporan ini juga menemukan fakta bahwa di beberapa negara, khususnya di kalangan generasi mudanya, saat ini lebih mungkin untuk merasa kesepian dibandingkan dengan kelompok usia lain yang jauh lebih tua.

"Anak muda, khususnya di Amerika Utara, sedang mengalami krisis paruh baya saat ini," kata Jan-Emmanuel De Neve, profesor ekonomi di Universitas Oxford, sekaligus editor pada laporan tersebut.

De Neve mengaitkan peningkatan ketidakbahagiaan pada kalangan anak muda di negara barat ini dengan berbagai faktor, termasuk aspek negatif dari media sosial, meningkatnya polarisasi atas isu-isu sosial, dan ketidaksetaraan ekonomi, di mana hal itu membuat anak muda lebih sulit untuk membeli rumah mereka sendiri dibandingkan generasi di masa sebelumnya

Mengapa Finlandia begitu bahagia?

Beragam faktor negatif itu tidak mempengaruhi warga Finlandia. Menurut Jennifer De Paola, seorang peneliti kebahagiaan di Universitas Helsinki, hubungan yang dekat dengan alam dan keseimbangan antara menjalani hidup dan pekerjaan yang sehat, ternyata sangat berkontribusi pada taraf kebahagiaan di dunia.

"Masyarakat Finlandia diliputi oleh rasa kepercayaan, kebebasan, dan tingkat otonomi yang tinggi," ungkap De Paola, seraya menambahkan, masyarakat Finlandia juga memiliki taraf kesejahteraan yang tinggi, kepercayaan terhadap otoritas negaranya, tingkat korupsi yang sabgat rendah, serta layanan kesehatan dan pendidikan gratis yang juga merupakan faktor kunci dari tingginya tingkat kebahagiaan di negara itu.

De Paola juga meyakini, masyarakat Finlandia memiliki "pemahaman yang lebih baik tentang apa itu kehidupan yang sukses," dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Amerika Serikat, di mana kesuksesan masih sering disamaratakan dengan keberhasilan secara finansial.

kp/as (Reuters, AFP)