1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Baru Ditemukan, Orangutan Tapanuli Terancam Punah

3 November 2017

Untuk pertamakalinya sejak hampir satu abad ilmuwan menemukan spesies baru kera besar di Sumatera. Namun populasi Orangutan Tapanuli di hutan Batang Toru yang cuma berjumlah 800an itu terancam oleh aktivitas manusia.

https://p.dw.com/p/2mx3i
Indonesien - Neue Orangutang Spezies entdeckt
Foto: picture-alliance/AP Photo/Sumatran Orangutan Conservation Programme/J. Askew

Selama berabad-abad kelompok orangutan di hutan Batang Toru di Tapanuli hidup terisolir dari satwa sejenis yang hidup di Sumatera dan Kalimantan. Kini ilmuwan menemukan kera besar yang populasinya hanya berkisar 800 ekor tersebut sebagai spesies orangutan baru dan diberi nama Pongo Tapanuliensis.

Orangutan Tapanuli adalah penemuan spesies kera besar teranyar sejak hampir satu abad terakhir.

Dalam publikasinya di jurnal ilmiah Current Bilogy, ilmuwan mencatat habitat Orangutan Tapanuli kian terdesak oleh aktivitas manusia. Mereka hidup terpisah-pisah dalam kelompok kecil. Salah satu keunikan terbesar adalah bahwa secara taksonomi Orangutan Tapanuli lebih dekat dengan Orangutan Kalimantan ketimbang satwa sejenis yang hidup di Sumatera.

Penelitian berdasarkan analisa tengkorak pejantan dewasa yang tewas dalam konflik dengan penduduk desa. Studi genetika mengindikasikan Orangutan Tapanuli dalam evolusinya berpisah dengan jenis orangutan lain sekitar 3,4 juta tahun silam. 

Kini mereka hidup di area seluas 1.100 kilometer persegi di Hutan Batang Toru. Menurut ilmuwan Orangutan Tapanuli terkadang melakukan kawin silang dengan jenis lain di Sumatera, meski dalam jumlah kecil. Namun praktik tersebut berhenti sekitar 10.000 sampai 20.000 tahun lalu.

"Tidak setiap hari kita menemukan spesies baru kera besar. Jadi penemuan ini sangat istimewa," kata Michael Krützen dari Universitas Zurich. Namun peneliti juga mewanti-wanti terhadap ancaman kepunahan yang dihadapi Orangutan Tapanuli. Saat ini hutan Batang Toru rawan perburuan liar karena statusnya sebagai hutan produksi.

"Jika tidak diambil langkah cepat buat mengurangi ancaman yang ada saat ini atau di masa depan untuk melindungi kawasan hutan yang tersisa, kita mungkin akan menyaksikan penemuan dan kepunahan sebuah spesies kera besar dalam rentang kehidupan kita."

rzn/hp (rtr,ap)