1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Astronom Temukan Planet Gas Raksasa Tak Lazim

7 April 2022

Para astronom sedang mengamati Planet AB Aurigae b yang masih dalam tahapan “kelahiran“. Massanya 9 kali planet Jupiter dan terbentuk dalam proses yang tidak lazim.

https://p.dw.com/p/49Wwc
Exoplanet AB Aurigae b yang pembentukannya tak lazim dan menantang para ahli astronomi.
AB Aurigae b sebuah planet gas raksasa yang pembentukannya tak lazim dan menantang para ahli astronomiFoto: NASA/ESA/Joseph Olmsted (STScI)/REUTERS

Planet gas raksasa AB Aurigae b dikategorikan sebagai planet yang masih bayi, sesuai tahapan kehidupan sebuah planet. Ini adalah planet yang masih dalam formasi sangat awal, ketika ditemukan para pakar astronomi. Massanya sembilan kali planet Jupiter, jarak ke bintang induknya sangat jauh, dan membuka tantangan baru terkait pemahaman selama ini tentang bagaimana terbentuknya planet.

Jupiter adalah planet terbesar dalam sistem Tata Surya dengan massa sekitar 320 kali massa planet Bumi. Jupiter punya massa sangat besar di dalam Tata Surya. Bahkan jika semua massa planet yang ada di dalam sistem digabung, bobotnya masih sekitar dua setengah kali lipat total massa planet itu.

Namun, temuan planet gas raksasa AB Aurigae b membuat planet Jupiter seperti balon gas kecil.

"Kami menduga planet ini masih dalam tahapan awal proses kelahirannya,” ujar pakar astrofisika Thayne Currie dari Subaru Telescope and the NASA Ames Research Center kepada Reuters. Currie adalah pimpinan tim penulis riset penemuan planet itu, yang sudah dipublikasikan dalam jurnal Nature Astronomy.

Inilah Siklus Hidup dan Kematian Bintang

"Bukti menyiratkan, ini adalah tahapan paling awal dari formasi sebuah planet gas raksasa yang pernah diamati,” ujar pakar astrofisika itu. Planet gas raksasa memiliki inti padatan yang kecil, dan terbentuk dari massa gas amat besar, biasanya hidrogen dan helium yang berotasi mengelilingi intinya.

Tata Surya memiliki dua planet gas raksasa, Saturnus dan Jupiter. Sementara planet-planet lainnya seperti Mars atau Bumi disebut planet batuan.

Planet tidak lazim

Para peneliti mendeteksi planet gas raksasa itu dengan bantuan dua teleskop, satu berada di Bumi dan yang lainnya berada di orbit Bumi. Masing-masing teleskop terrestrial Subaru, yang berlokasi di puncak sebuah gunung berapi yang tidak aktif di Hawaai dan teleskop antariksa Hubble yang berada di orbiter rendah Bumi.

Seperti lazimnya sebuah planet, AB Aurigae b juga memiliki sebuah bintang induk, yang oleh para peneliti diberi nama AB Aurigae. Bintang ini juga tergolong berusia muda, sekitar dua miliar tahun. Sebagai bandingan, matahari yang jadi bintang induk di Tata Surya berumur sekitar 4,6 miliar tahun, juga tergolong bintang muda.

Biasanya planet berada dalam cakram berisi gas dan debu kosmik yang merupakan ekpansi orbital dari bintang induknya. Planet-planet terbentuk dari materi yang ada dalam cakram kosmik ini, di mana debu kosmis berpusar dan saling bertabrakan membentuk batuan lebih besar.

Begitu normalnya sebuah sistem planet dan bintang induknya tercipta. Namun, ada yang tidak lazim dalam formasi planet gas raksasa AB Aurigae b.

Planet dan bintang induk terpisah sangat jauh

Planet AB Aurigae b dan bintang induknya AB Aurigae diamati terpisah terlalu jauh untuk sebuah sistem planet yang berada dalam orbital cakram debu kosmik seputar bintang untuk bisa membentuk sebuah planet.

Jarak planet AB Aurigae b ke bintang induknya tiga kali lebih jauh dibanding jarak Neptunus ke Matahari. Seperti diketahui, Neptunus adalah planet terluar dalam Tata Surya dengan jarak sekitar 4,5 miliar kilometer dari matahari. Artinya, para pakar astronomi kini mengamati sebuah bintang yang tiga kali lebih jauh dari jarak terjauh normal yang biasanya mereka amati di Tata Surya.

"Proses semacam ini, lazimnya tidak bisa membentuk planet raksasa pada jarak orbital yang sangat jauh. Temuan planet ini menjadi tantangan baru dari pemahaman kami, tentang formasi sebuah planet," kata Olivier Guyon, pakar astronomi di Teleskop Subaru dan di University of Arizona, kepada Reuters.

Para peneliti meyakini planet tersebut kemungkinan terbentuk saat cakram kosmik di sekitar bintang induknya mendingin, gravitasi memicu fragmen materi membentuk massa lebih besar, dan salah satunya menjadi planet gas raksasa.

"Seperti peribahasa, banyak cara memasak telur, kelihatannya ada lebih dari satu bentuk proses di alam semesta, untuk membentuk planet gas raksasa mirip dengan Jupiter,” pungkas pakar astrofisika Currie.

(as/vlz)

 

Carla Bleiker
Carla Bleiker Editor, channel manager, dan reporter yang berfokus pada politik AS dan sains@cbleiker